Aku Gita.
Aku berumur 16 tahun. Sekarang Aku tinggal bersama kedua kakakku. Mama dan
Papaku sedang dinas di luar kota selama 6 bulan. Mereka setiap bulan mengirim
uang untuk kebutuhan Kami sehari hari. Sesekali tante Kami main ke rumah untuk
melihat bagaimana keadaan Kami selama kedua orang tua Kami sedang pergi.
“Kalau
begitu Tante dan Om pulang dulu ya. Kalian hati hati di rumah. Kalau ada apa
apa langsung aja telpon Tante,” ucap Tante. “Iya Tante. Tante tidak usah
khawatir dengan Kami. Kami sudah terbiasa kok di tinggal Papa dan Mama lama.
Kalau ada apa apa nanti Aku kabarin ya Tan,” jawab Gita. “Itu harus,” jawab
Tante. “Jangan sungkan sama Kami. Bicara saja apa mau Kalian,” sambung Om.
“Siap Om,” jawab Gita sambil hormat. “Kalau begitu Kami pamit dulu ya.
Assalamu’alaikum,” sambung Tante. “Iya. Wa’alaikumsalam. Hati hati ya Tan.”
Jawab Gita. Om dan Tante pun masuk ke dalam mobil dan langsung pergi.
Ketika Gita
ingin menutup pintu rumah, ada motor yang berhenti di depan rumah nya. Ia langsung
mengetahui jika itu kakak nya, Yoga. “Git. Tadi itu siapa?” tanya Yoga. “Oh
tadi. Tadi Om dan Tante,” jawab Gita. “Kenapa Kamu gak bilang kalau Om dan
Tante ingin datang? Kan kakak bisa pulang cepat,” lanjut Yoga. “Aku sudah
telpon dan sms kakak berkali kali, tapi kakak tidak menjawab,” jawab Gita. “Ah
masa iya?” Yoga langsung mengambil hp nya di saku celana nya. “O iya. Pantes
gak kedengeran. Hp nya kakak silent,” jawab Yoga. “Kakak mah kebiasaan. Yaudah,
ayo masuk. Tante bawain kue kesukaan kakak tuh.” Gita dan Yoga pun masuk.
Keesokan hari nya
“Kak Haris,
cepetan! Nanti telat!” teriak Gita dari luar. “Iya iya. Gak sabaran banget si,”
jawab Haris sambil menyisir rambut nya. “Maka nya kalau tidur jangan malam
malam. Jadi kesiangan kan,” ucap Yoga. “Iya deh besok Aku gak tidur malam malam
lagi,” jawab Haris. “Yaudah jangan banyak omong. Nanti kesiangan. Ayo masuk!”
sambung Gita sambil menarik tangan Haris.
Sesampai nya di sekolah
“Kalau
pulang jangan siang siang dan kalau mau pergi bilang dulu,” ucap Yoga kepada
kedua adik nya. “Siap bos,” jawab Gita dan Yoga. “Yaudah. Kakak pergi dulu,”
lanjut Yoga. “Hati hati kak,” jawab Gita melambaikan tangan. “Ayo Git masuk,”
tarik tangan Gita. “Iya sabar.” Ucap Gita.
Istirahat
“Git. Pulang
sekolah Gue, Syifa mau main ke rumah lo ya,” ucap Nadia. “Mau ngapain?” tanya
Gita. “Ya main aja. Gue bosen di rumah. Lagi pula nyokap Gue pergi ke Bogor.
Baru pulang jam 5 an,” jawab Nadia. “Nyokap lo ngapain ke Bogor?” tanya Gita
kepo. “Itu. Nenek Gue masuk rumah sakit gara gara serangan jantung,” jawab
Nadia. “Ya ampun. Semoga cepat sembuh ya,” jawab Gita sedih. “Amin.” jawab
Nadia.
“Hari ini
Kita jalan kaki aja ya. Cuaca nya lagi bagus nih. Gak terlalu panas. Kalau
sudah cape, baru Kita naik angkot,” ucap Gita. “Yaudah terserah lo. Gua mah
ikut aja,” jawab Nadia. “Duit Gue juga abis. Nanti kalau naik angkot Gue pinjem
ya. Nanti Gue ganti,” sambung Syifa. “Tenang aja Syif. Yaudah ayo.” lanjut
Gita.
Di tengah
perjalanan, Mereka melihat seekor anjing yang sedang terluka. “Git, liat deh.
Itu ada anjing yang kaki nya berdarah. Kesian banget,” ucap Nadia menunjuk ke
arah anjing itu. Tanpa menjawab omongan Nadia, Gita langsung berlari ke arah
anjing tersebut. Nadia pun kebingungan dengan sikap Gita yang tiba tiba saja
berlari ke arah anjing yang sedang terluka. Nadia dan Syifa pun menghampiri
Gita. “Git lo kenapa langsung lari?” tanya Nadia. Gita diam tidak menjawab
pertanyaan Nadia. Gita terlihat sangat khawatir dengan anjing itu. “Git. Gita!”
teriak Nadia. “Apa? Eh sorry Nad. Gue cuma kesian aja sama anjing ini. Kalau
dia kenapa kenapa gimana? Kesian kan. Lagian siapa si yang tega melukai anjing
ini?!” ucap Gita marah. “Loh, kenapa jadi lo yang marah?” Nadia semakin bingung
dengan sikap Gita. “Ya kesian aja. Orang yang melukai anjing ini berarti tidak
punya hati. Bisa bisa nya melukai binatang,” lanjut Gita. “Yaudah. Dari pada
itu anjing kenapa kenapa, mendingan lo bawa aja. Seperti nya dia kelaparan,”
sambung Syifa. “Tapi kan anjing haram Syif,” ucap Nadia. “Gue gak peduli. Mau
ini haram apa enggak. Yang penting anjing ini sembuh!” lanjut Gita. Mereka pun
melanjutkan jalan.
Sesampai nya di rumah
Gita tampak
sibuk mengurusi anjing liar itu. Dia memberi makanan kepada anjing itu. Anjing
itu pun makan dengan lahap nya. Nadia masih merasa bingung dengan sikap Gita
yang tiba tiba berubah ketika dia melihat anjing itu. “Git. Gue ganti baju dulu
ya,” ucap Syifa. “Iya,” jawab Gita. “Gue ikut,” sambung Nadia. “Yaudah, jangan
lama lama ya,” lanjut Gita. “Iya.” jawab Nadia.
Di rumah Syifa
“Syif. Gue
mau nanya sesuatu,” ucap Nadia. “Nanya apa? Tentang Gita?” tebak Syifa. “Iya.
Lo kan temen deket nya Gita. Berarti lo tahu banyak dong tentang Gita? Kenapa
ya, sifat Gita jadi berubah pas liat anjing itu? Pada hal kan itu bukan anjing
dia,” lanjut Nadia. “Gue temenan sama Gita dari kecil. Orang tua Kita juga
temenan. Dulu, Gita punya anjing. Lucu banget. Gita sangat sayang sama anjing
itu. Setiap pulang sekolah dia selalu main sama Cecil. Gue pun suka dengan
Cecil. Kata nya si Cecil itu dulu nya anjing liar dan di ambil oleh toko
anjing,” Syifa menceritakan semua nya. “Lalu, sekarang Cecil kemana?” tanya
Nadia semakin kepo. Syifa terlihat murung ketika Nadia menanyakan hal itu.
“Syif! Kok diem?” ucap Nadia bingung. “Cecil mati tertabrak mobil,” jawab Syifa.
“Astagfirullah. Terus Gita saat itu gimana?” tanya Nadia. “Gita sangat sedih.
Saat itu Gue ada di sana juga dan Gue juga sedih banget. Gita memarahi
pengendara mobil itu. Dia bilang Om! Bisa
nyetir gak si?! Kalau nyetir itu jangan tidur! Lihat, anjing saya jadi mati!”
, “Oalah. Gita berani banget ngomong gitu. Terus terus,” ucap Nadia semakin
kepo. “Kak Yoga dan kak Haris menenangkan Gita dan Bokap Nyokap nya meminta
maaf kepada pengendara mobil itu atas ucapan Gita. Gita menangis tanpa henti.
Sampai sampai, dia tidak rela kalau Cecil mati dan tidak mau Cecil di kubur.
Tetapi Nyokap nya bilang Relain Cecil
Git. Sekarang Cecil udah pergi ke tempat dimana dia dapat teman baru dan
pengasuh baru. Jadi Kamu jangan khawatir dengan keadaan Cecil. Gue juga
sedih tapi Gue berusaha gak nangis supaya Gita gak semakin sedih. Dari kejadian
itu, Gita jadi murung. Dia gak mau sekolah 3 hari. Tapi Gue selalu bujuk dia
dan Gue berhasil. Pas lo baru masuk, Gita juga baru masuk. Maka nya dia agak
jutek gitu,” , “Oh gitu. Ya ampun, Gue gak tau kalau Gita punya cerita sedih
kaya gitu,” jawab Nadia. “Maka nya. Pas Gue liat Gita khawatir banget dengan
anjing itu, Gue melihat sosok Gita yang dulu udah kembali. Pas Cecil sakit
dulu, dia juga sekhawatir itu. Jadi Gue udah gak merasa aneh dengan sikap Gita
tadi,” jawab Syifa. “Oh gitu. Pantes saja dia begitu. Ya wajar lah kalau Gita
merasa khawatir dengan anjing itu. Ternyata Gita punya alasan tertentu,” sambung
Nadia. “Yaudah. Kita balik ke rumah Gita yuk. Gak enak. Masa Kita tinggalin
dia,” ucap Syifa. “Iya. Karena cerita tentang Cecil jadi gak ingat waktu.”
jawab Nadia.
Di rumah Gita
“Syifa...
Nadia… Lihat deh. Lucu kan…,” teriak Gita ketika Syifa dan Nadia baru masuk.
“Wah lucu banget. Bersih lagi. Lo mandiin ya?” tanya Nadia. “Iya . Habis nya
Kalian lama banget. Gue udah tungguin Kalian. Yaudah. Dari pada iseng,
mendingan Gue mandiin Boy,” jawab Gita. “Boy? Boy siapa?” tanya Nadia. “Boy itu
anjing ini. Gue akan merawat dia dan dia akan menjadi pengganti anjing Gue
dulu,” jawab Gita. Syifa dan Nadia hanya bisa tersenyum melihat sahabat nya
senang dengan keberadaan anjing yang terluka itu. “Gita adalah pecinta binatang. Dia tidak akan menyerah untuk merawat
binatang yang sedang sakit. Walaupun itu binatang yang haram untuk nya. Semoga
saja dengan keberadaan Boy bisa merubah kehidupan Gita.” dalam hati Syifa.
TAMAT
http://masihmisteriaja.blogspot.com/2017/07/misteri-yang-ada-di-bawah-lautan.html
BalasHapusKami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games
indotaipan.com