Minggu, 21 September 2014

SAHABAT SEJATI

Namaku Yogi. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku mempunyai sahabat yang bernama Habib, Yusuf dan Ilham. Kami sejak TK sudah berteman. Kemana-mana Kami selalu bersama. Jika ada yang sedih, semua nya pun sedih. One for all and all for one.
Di kelas
“Besok Kita nonton yuk? Ada film Transformer yang baru,” ucap Yogi. “Ayo. Besok Aku kosong. Tidak ada acara,” jawab Ilham. “Aku juga tidak ada acara,” sambung Habib. “Bagaimana dengan Kamu suf? Kamu bisa tidak?” tanya Yogi ke Yusuf. “Aku si bisa saja. Nanti Aku izin dulu ke Mamaku,” jawab Yusuf. “Yasudah. Besok kumpul di warung Bu Inah ya,” ucap Yogi. Habib, Yusuf dan Ilham menganggukkan kepala nya.
Kami pun pergi ke kantin. “Yogi!” sapa seseorang yang berada di belakang nya. “Ya? Ada apa?” tanya Yogi. “Besok Kita nonton yuk. Aku yang traktir deh,” ucap teman nya yang bernama Rifki. “Aku memang ingin nonton besok dengan Habib, Yusuf dan Ilham,” jawab Yogi. “Wah kebetulan sekali. Yaudah, besok Kita bareng ya?” ucap Rifki. “Yaudah. Kita kumpul di warung Bu Inah jam 11,” jawab Yogi. “Oke sip.” Jawab Rifki.
Di kantin
“Yogi. Kamu yakin ingin mengajak Rifki?” tanya Yusuf. “Iya. Memang nya kenapa?” tanya Yogi balik. “Ya tidak apa-apa si. Bukan nya Aku nuduh ya. Tapi Aku takut dia akan membuat semua nya menjadi kacau balau,” jawab Yusuf. “Dia sudah tobat kok. Kamu tenag saja. Tidak akan terjadi apa-apa kok,” jawab Yogi sambil makan mie yang sudah ia pesan.
Di rumah
“Assalamu’alaikum!” salam Yogi saat memasuki rumah nya. “Wa’alaikumsalam. Eh Kamu sudah pulang. Bagaimana tadi di sekolah?” tanya Mama. “Biasa saja Ma. Tidak ada yang spesial. O iya Ma. Besok Aku, Habib, Yusuf, Ilham dan Rifki ingin pergi nonton. Boleh ya Ma?” ucap Yogi. “Boleh. Tapi pulang nya jangan terlalu malam ya,” jawab Mama. “Oke.” Jawab Yogi.
15 menit kemudian
“Yogi… Makan siang dulu!” teriak Mama dari luar. “Iya Ma..,” jawab Yogi setengah berteriak. “Kamu itu ya kebiasaan sekali. Pulang sekolah bukan nya makan siang dulu, malah main laptop. Ingat, Kamu itu sudah kelas 3 dan ingin SMA. Jadi Kamu harus rajin-rajin belajar,” ucap Mama menasihati. “Iya Mama. Tadi Aku mau cari tugas Ma. Ada tugas dari guru B.Inggris. Kita di suruh mencari Report Text di google,” jawab Yogi. “Ya tapi sebelum belajar harus makan dulu. Supaya otak Kita mudah mencerna semua pelajaran,” jawab Mama. “Iya Mama.” Jawab Yogi sambil mengunyah makanan nya.
Tiba-tiba saja hp Mama bergetar. “Halo. Assalamu’alaikum. Iya dengan Herawati di sini. Ada apa ya pak? Apa?! Suami saya kecelakaan??!! Baik. Saya akan segera ke sana!” jawab Mama. “Ada apa dengan Papa Ma?!” tanya Yogi panik. “Papa kecelakaan. Sekarang sudah di bawa ke rumah sakit. Ayo habiskan makananmu dan Kita segera ke sana!” ucap Mama. “Iya.” Jawab Yogi.
Mama sangat panik sampai-sampai menyetir mobil nya sangat kencang.
Sesampai nya di rumah sakit, Mama langsung berlari ke arah UGD. Sesampai nya di depan ruang UGD, dokter telah selesai mengecek keadaan Papa. “Bagaimana keadaan suami Saya dok?!” tanya Mama sangat panik. “Keadaan suami Ibu sangat gawat. Pasien banyak sekali mengeluarkan darah dan saat ini pasien kekurangan darah,” jawab dokter. “Ambil saja darah saya dok. Saya anak nya,” ucap Yogi. “Baik. Silahkan ikuti suster ini untuk ambil darah.” ucap dokter.
Keesokan hari nya
Yogi menemani Papa nya di rumah sakit. Sedangkan Mama nya pulang untuk membawakan beberapa pakaian untuk Yogi. Yogi lupa bahwa hari ini ada janji untuk nonton.
“Yogi mana si? Jarang sekali dia terlambat seperti ini,” ucap Ilham. “Telepon dia suf,” ucap Rifki. Yusuf pun menelepon Yogi. “Halo. Yogi. Kamu dimana? Aku, Habib, Ilham dan Rifki sudah di depan warung Bu Inah. Apa? Kamu sedang di rumah sakit? Papa Kamu kecelakaan? Yausudah tidak apa-apa. Salam untuk Papa Kamu dan semoga cepat sembuh,” Yusuf pun mematikan telepon nya. “Yogi tidak jadi nonton karena Papa nya sedang sakit,” ucap Yusuf memberitahu. “Halah itu mah hanya akal-akalan dia saja. Dia sudah tidak ingin bergaul dengan Kalian,” ucap Rifki menghasut. “Tidak mungkin Yogi seperti itu. Kamu jangan sok tahu!” jawab Yusuf kesal. “Memang benar kan? Siapa tahu saja dia sedang pergi bersama teman baru nya itu,” lanjut Rifki. “Tega sekali Kamu Yogi!!!” teriak Ilham. “Yasudah, Kita tetap lanjutkan nonton nya saja tanpa dia,” ucap Rifki. “Yasudah. Dia bisa jalan sama teman baru nya, kenapa Kita enggak? Ayo jalan!” ucap Ilham. “Aku tidak ikut ya. Tadi Mama Aku sms. Aku harus pergi ke rumah kakekku,” ucap Yusuf.
Keesokan hari nya
“Ham. Bagaimana dengan film nya kemarin? Pasti seru sekali ya? Sayang sekali Aku tidak bisa ikut. Karena Papaku sedang sakit,” ucap Yogi. “Masalah gitu buat Aku?!” jawab Ilham cuek. “Loh kok Kamu jadi cuek gini? Kamu marah karena Aku tidak ikut? Aku kan sudah bilang. Bahwa Papaku sedang sakit,” jawab Yogi. “Pintar sekali ya Kamu cari alasan nya. Kalau sudah gak nyaman dengan Kami, bilang dong!” lanjut Ilham. “Bicara apa si Kamu?” tanya Yogi heran. “Sudah lah. Malas Aku berbicara dengan orang munafik kaya Kamu!” jawab Ilham. Ilham, Habib dan Rifki pun meninggalkan Yogi. “Yusuf. Ada apa si dengan Ilham? Kenapa tiba-tiba dia jadi marah gitu?” tanya Yogi. “Ini semua gara-gara hasutan Rifki. Dia bilang bahwa Kamu telah berbohong. Kamu tidak jadi ikut karena Kamu sedang jalan dengan teman baru Kamu,” jawab Yusuf. “Astagfirullah. Apa salahku sampai-sampai Rifki memfitnahku?” ucap Yogi sedih. “Sudah jangan di pikirkan. Nanti Mereka juga akan baik sendiri,” lanjut Yusuf. Yogi membalas hanya menganggukkan kepala nya saja.
Seminggu kemudian
“Yogi!” panggil seseorang dari arah belakang. “Aku minta maaf ya apa yang telah Aku katakan minggu lalu. Aku tidak bermaksud untuk membenci Kamu. Aku sadar, kenapa Aku lebih percaya dengan omongan Rifki di bandingkan omonganmu. Sekali lagi Aku minta maaf ya,” ucap Ilham meminta maaf. “Iya tidak apa-apa. Ini bukan salah Kamu kok. Rifki nya saja yang cemburu melihat persahabatan Kita ini,” ucap Yogi. Mereka pun kembali akur seperti dahulu.
Istirahat
“Yogi!!! Aku minta maaf ya telah menuduh Kamu yang tidak-tidak dan sampai persahabatan Kalian hancur,” ucap Rifki. “Ini udah kesekian kali nya Kamu meminta maaf kepada Yogi. Tetapi Kamu selalu mengulangi kesalahan yang sama!” ucap Habib. “Karena Kamu, hubungan persahabatan Kami menjadi kacau!” lanjut Ilham. “Sudah-sudah. Kita tidak boleh menolak permintaan maaf seseorang yang mempunyai niat yang baik. Rifki. Kali ini Aku maafkan semua kesalahanmu yang telah Kamu perbuat. Tapi mohon jangan ulangi lagi,” ucap Yogi. “Iya. Aku hanya iri dengan persahabatan Kalian yang begitu akur. Aku ingin persahabatan Kalian hancur. Tetapi susah sekali. Aku benar-benar minta maaf ya,” ucap Rifki. “Iya tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan Kamu,” jawab Yogi. “Terima kasih ya. Aku sangat malu dengan sikapku ini,” lanjut Rifki. “Kenapa harus malu? Aku salut dengan pengakuan dari Kamu. Kamu telah berani meminta maaf dan mengaku kepada Aku. Tidak ada Manusia yang sempurna di hidup ini dan penyesalan akan datang terakhir,” jawab Yogi. “Terima kasih ya Yogi,” ucap Rifki. “Sama-sama. Yasudah, Kita ke kantin bareng yuk!” ajak Yogi. “Ayo!” jawab Rifki.

TAMAT

SAHABAT KECILKU

Namaku Adam. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku bersekolah di SMPN 4 Tangerang. Aku mempunyai banyak teman. Tetapi tidak ada satu pun yang menurutku bisa Aku percayai. Saat Aku SD, Aku mempunyai sahabat. Namanya Alfero. Kami bersahabat sejak Kami masih berumur 1 tahun. Sekarang Aku tidak tahu dimana keberadaan Alfero. Dia pindah ke Bangka Belitung tanpa Aku mengetahui. Aku pun bingung dengan sikap Alfero waktu itu. Biasa nya dia jika ada apa-apa selalu cerita. Sampai saat ini Alfero tidak memberi Aku kabar nya. Aku agak kecewa dengan Alfero. Tetapi Aku akan tetap menunggu sahabat masa kecilku itu.
7 tahun yang lalu
“Adam. Kita main bola yuk!” ajak Alfero. “Tidak ah. Aku sedang tidak ingin bermain bola,” tolak Adam. “Lalu, Kita mau main apa?” tanya Alfero. “Aku tidak tahu. Bagaimana Kita kerjakan pr untuk besok saja?” ucap Adam. “Boleh boleh. Ayo!” jawab Alfero. Adam dan Alfero pun berlari ke rumah nya masing-masing untuk mengambil buku pr.
Mereka pun mengerjakan pr bersama. “Haduh. Susah sekali ya pr nya?” ucap Adam manyun. “Iya,” jawab Alfero memanyunkan mulut nya juga. Tiba-tiba Bibi pun menghampiri Adam dan Alfero. “Kalian kenapa? Kok murung sekali?” tanya Bibi sambil duduk di sebelah Adam. “Ini Bi. Pr nya susah sekali,” jawab Adam polos. “Sini coba Bibi lihat,” Bibi pun mengambil buku Adam. Saat Bibi melihat soal nya, Bibi pun menganggukan kepala nya. “2x2 itu jawaban nya 4. 2x2 itu sama saja 2+2. 2 nya itu ada 2 kali,” ucap Bibi menjelaskan. “Oh gitu ya Bi. Berarti kalau 3x2 itu…,” Adam terhenti untuk menghitung. “Hayo berapa jawaban nya?” tanya Bibi. “3 nya ada 2 kali. Jadi nya berapa???” lanjut Bibi. “6!!!” jawab Adam. “Betul… Nah, sekarang Kalian kerjakan pr nya sendiri ya. Nanti Bibi cek. Sekarang Bibi mau menyapu dulu di lantai atas,” ucap Bibi. Adam dan Alfero pun melanjutkan mengerjakan pr sendiri.
Keesokan hari nya
“Ayo. Siapa yang ingin menjawab pertanyaan yang ada di papan tulis?” tanya Ibu guru. “Aku Bu!” jawab Adam mengacungkan jari. Ibu guru pun memberikan spidol ke Adam. “Yup. Benar sekali. Wah sekarang Adam sudah pintar ya,” ucap Ibu guru. Semua teman-teman kelas nya menepuk tangan. Terkecuali dengan Alfero. Alfero sangat murung sejak berangkat sekolah tadi.
Istirahat
“Fer. Nanti Kita kerjakan pr di rumahku lagi ya?” ucap Adam. “Iya,” jawab Alfero. “Bagaimana Aku memberi tahu kepada Adam ya? Bahwa Aku akan pindah? Pasti Adam sangat sedih,” ucap Alfero di dalam hati.
Pulang sekolah
“Fero. Aku pulang duluan ya. Dadah!” ucap Adam melambaikan tangan nya. Alfero hanya membalas dengan senyuman.
“Fero!” panggil Adam dari luar rumah Alfero. “Eh den Adam. Ada apa?” tanya Bibi. “Bi. Alfero nya ada gak?” tanya Adam. “Loh. Memang nya den Adam tidak diberi tahu jika den Alfero pindah?” jawab Bibi. “Pindah itu apa Bi?” tanya Adam polos. “Pindah itu sudah tidak tinggal di sini lagi. Papa den Alfero di pindahkan kerja nya ke Bangka Belitung,” jawab Bibi.
Sejak saat itu Adam tidak bertemu Alfero lagi. Pada hal tadi Ia masih bertemu di sekolah.
8 tahun kemudian
“Ting Tong!” bunyi bel. “Iya sebentar!” ucap Adam dari dalam. Ketika Adam membuka pintu, Ia melihat ada seorang cowo yang seumuran dengan nya. “Maaf. Cari siapa ya?” tanya Adam. “Masa Kamu lupa sama Aku si? Aku Alfero!” jawab cowo itu yang ternyata Alfero. “Alfero!” Adam pun memeluk Alfero. “Kamu kemana aja si? Pergi gak bilang-bilang. Terus gak kasih kabar lagi!” ucap Adam. “Maaf ya. Karena Aku tidak ingin Kamu sedih dengan kepergianku ini,” jawab Alfero. “Yasudah lah lupakan. Yang penting Kamu sudah kembali,” jawab Adam.
TAMAT

PAHLAWAN MUDA

Namaku Yohan. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Kehidupanku bisa dikatakan tercukupi. Papa bekerja sebagai manager hotel dan Mama hanya sebagai ibu rumah tangga.
Pada pagi hari yang sangat cerah, Yohan bersama kedua teman nya Faqih dan Ferry sedang lari pagi mengitari komplek. Saat sedang berlari pagi, Yohan melihat seorang nenek jatuh pingsan di pinggir jalan. “Qih. Ada nenek-nenek tuh yang pingsan. Yuk Kita tolong!” ucap Yohan. Faqih dan Ferry pun mengangguk dan segera menghampiri nenek tersebut. “Nek. Nenek bangun!” ucap Yohan sambil menepuk-nepuk pipi nenek itu. Tiba-tiba Nenek itu pun terbangun. “Dimana saya?” tanya Nenek itu ketika sudah sadar. “Nenek tergeletak di pinggir jalan. Apa yang terjadi Nek?” tanya Yohan. “Nenek tidak ingat apa-apa. Yang Nenek ingat, Nenek sedang mencari rumah anak Nenek,” jawab Nenek itu. “Memang nya rumah anak Nenek dimana?” tanya Ferry. “Nenek tidak tahu. Tetapi anak Nenek mengirimi surat yang isi nya alamat rumah nya,” ucap Nenek memberikan surat itu. “Oh kalau alamat ini saya tahu Nek. Dan tidak terlalu jauh dari sini,” ucap Faqih ketika melihat isi surat itu. “Benarkah? Bisakah Kamu antarkan Nenek ke sana?” ucap Nenek. “Bisa Nek. Ayo Kita antarkan Nenek,” ucap Faqih. Yohan, Ferry dan Faqih pun menolong Nenek itu bangun dan mengantarkan Nenek itu ke rumah anak nya.
Tidak begitu lama, Kami sudah sampai di depan rumah yang sangat besar. “Ini dia Nek rumah nya,” ucap Faqih. Yohan pun memencet bel rumah nya. Dan, ada seseorang yang membuka pintu. “Fariz!!!” teriak Nenek itu ketika melihat sosok pria yang tidak lain adalah anak nya. “Ibu!!!” jawab pria itu.
“Terima kasih ya nak. Kalian sudah mengantarkan Nenek ke rumah anak Nenek. Semoga kebaikan Kalian mendapat pahala yang besar,” ucap Nenek itu. “Amin!!!!” jawab Yohan, Ferry dan Faqih. Mereka pun segera pulang ke rumah nya masing-masing.
“Dari mana saja Kamu?” tanya Mama ketika Yohan baru saja pulang. “Kan habis lari pagi Ma,” jawab Yohan. “Masa lari pagi sampai jam segini?!” lanjut Mama. “Tadi tuh Yohan, Ferry dan Faqih melihat seorang Nenek yang pingsan di pinggir jalan. Nenek itu kelelahan karena sedang mencari rumah anak nya. Kami pun mengantarkan Nenek itu ke rumah anak nya,” jelas Yohan. “Memang nya Kamu tahu dimana rumah anak Nenek itu?” tanya Mama. “Tahu lah. Kan ada alamat nya. Anak nya itu Om Ferdy!” ucap Yohan. “Oh ya? Waw. Anak Mama sangat baik ya. Mengantarkan seorang Nenek ke rumah anak nya. Itu adalah sebuah kebaikan yang pahala nya sangat besar,” ucap Mama. “Amin!!!” jawab Yohan. “Yasudah. Sana Kamu mandi! Tubuh Kamu bau keringat. Habis nya segera sarapan. Mama sudah buatkan roti dan susu,” ucap Mama. “Siap bos!” jawab Yohan sambil hormat.

TAMAT

MURID BERPRESTASI

Namaku Ferry. Aku kelas 3 SMP. Aku terkenal sebagai murid yang sangat berprestasi di sekolah. Sejak SD sampai sekarang Aku selalu menduduki posisi ranking 1 di kelas.
“Fer. Nomor 12 bagaimana cara nya?” tanya Gita. “Oh ini. Pertama Kamu harus mencari sisi nya. S = akar dari r2+t2,” ucap Ferry menjelaskan. “Oh gitu. Oke deh. makasih ya Ferry. “Iya sama-sama,” jawab Ferry halus. Selain terkenal dengan kecerdasan nya, Ferry juga terkenal dengan kesopanan nya. Ia sangat sopan kepada semua orang. Tidak heran jika banyak wanita yang suka dengan nya. Tetapi Ferry hanya menganggap semua wanita yang mendekati nya itu hanya sebatas teman. Tidak lebih. Karena Ia tidak ingin berpacaran sebelum lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan yang Ia inginkan. Itu adalah peraturan yang Papa dan Mama nya buat.
“Ayo. Siapa yang bisa menjawab soal nomor 1?” tanya Bu Sri, guru Matematika. “Saya bu!” ucap Ferry. “Iya Ferry,” jawab Bu Sri. Ferry pun maju ke depan dan menulis jawaban nomor 1. Cara Ferry sangat mudah di mengerti. Setelah selesai menulis di papan tulis, Bu Sri pun menilai hasil kerja Ferry. “Yap. Bagus sekali Ferry,” ucap Bu Sri. Jawaban Ferry benar. Ferry memang sangat ahli dalam bidang menghitung. 2 bulan lagi pun Ferry ingin mengikuti olimpiade Matematika dan Ipa.
Istirahat
“Ferry. Kantin yuk!” ajak Faqih. “Ayo!” jawab Ferry.
Di kantin
“Fer. Bagaimana persiapan olimpiade nya?” tanya Faqih sambil memakan mie yang sudah Ia pesan. “Aku sudah belajar kok. Do’akan ya supaya Aku menang,” jawab Ferry. “Pasti lah. Tapi Aku yakin, Kamu pasti menan!” lanjut Faqih. “Tidak boleh sombong dulu Qih. Aku tidak merasa pintar kok. Aku itu biasa aja. Sama seperti Kamu,” jawab Ferry. “Beda lah. Kamu itu pintar sekali. Sejak SD sampai sekarang tidak ada yang bisa mengalahkan Kamu dan menggantikan posisi Kamu di ranking 1,” jawab Faqih. “Semua juga bisa kok. Kunci nya hanya 1. Yaitu rajin belajar,” ucap Ferry. Faqih hanya membalas dengan menganggukan kepala nya.
2 bulan kemudian
Hari ini adalah olimpiade nya. Ferry sangat santai karena Ia sudah banyak belajar. Jika Ia menang, Ia akan mendapatkan beasiswa masuk SMA 1. SMA yang banyak di idolakan para murid yang berprestasi.
Ferry pun memasuki ruangan kelas yang telah di sediakan panitia. Lomba pun berjalan selama 4 jam. Istirahat hanya 20 menit. Ferry sangat tenang mengerjakan 50 soal Matematika dan 50 soal Ipa.
4 jam kemudian
Lomba pun selesai. Semua guru sekolah Ferry menghampiri nya dan menanyakan bagaimana dengan soal- soal nya? Apakah susah atau mudah? Ferry hanya menjawab “Biasa saja”. Benar-benar murid yang sangat cerdas.
Keesokan hari nya
Ketika semua murid sedang fokus belajar di ruang kelas masing-masing, kepala sekolah mengumumkan bahwa Ferry menang juara 1 dalam olimpiade yang di selenggarakan kemarin. Semua nya pun bersorak dan memberi selamat kepada Ferry. Ferry hanya bisa membalas dengan senyuman.
TAMAT

KEPATUHAN SEORANG ANAK

Namaku Faqih. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku terlahir di dalam keluarga yang sangat sederhana. Ayah bekerja sebagai supir taksi. Sedangkan Ibu hanya ibu rumah tangga.
Di kelas
“Qih. Nanti sepulang sekolah, Kamu ingin ikut tidak?” tanya Ferry sahabat nya. “Ikut kemana?” tanya Faqih balik. “Aku, Yohan dan Adam ingin belajar bersama di rumahku,” jawab Ferry. “Aku ingin sekali ikut. Tetapi Ibuku sedang kurang sehat. Jadi nya sehabis pulang sekolah, Aku langsung pulang,” ucap Faqih. “Yah sayang sekali. Yasudah tidak apa-apa,” jawab Ferry agak kecewa. “Maaf ya,” ucap Faqih meminta maaf. “Iya tidak apa-apa kok.” Jawab Ferry tersenyum.
Pulang sekolah
Faqih berlari keluar kelas. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nya. “Faqih!!!”panggil orang itu dari arah belakang. “Iya pak?” jawab Faqih datar. “Tolong berikan surat ini ke orang tua Kamu ya,” ucap Pak Sahrul. “Surat apa ini pak?” tanya Faqih bingung. “Kamu sudah 2 bulan belum membayar sekolah. Jadi usahakan bulan ini lunas ya,” jawab Pak Sahrul. Faqih diam mematung sambil memegang surat pemberitahuan itu.
“Bagaimana Aku mengasih tahu tentang ini ya? Jika Aku mengasih tahu tentang ini, pasti Ibu akan sangat khawatir. Bagaimana ini ya Allah!!!” ucap Faqih dalam hati.
Di rumah
“Faqih,” panggil Ibu lemas. “Iya bu? Ada apa?” tanya Faqih. “Tolong belikan kopi untuk Bapak mu. Uang nya ada di bawah taplak meja makan,” ucap Ibu. “Berapa bu?” tanya Faqih lagi. “2 saja,” jawab Ibu. Faqih pun segera ke warung untuk beli kopi untuk Bapak nya.
Ketika di jalan menuju warung, Faqih melihat selembaran yang berisikan sebuah lomba menggambar. Faqih memang sangat suka menggambar. “Wah!! Hadiah nya lumayan besar ya. Aku akan mengikuti lomba ini untuk membayar uang sekolah dan pengobatan Ibu!” ucap Faqih. Ia pun melanjutkan jalan ke warung.
Sebulan kemudian
Hari ini adalah hari perlombaan tersebut. Faqih di temani oleh ketiga teman nya yaitu Ferry, Yohan dan Adam. “Semoga berhasil ya Qih!” ujar Yohan menyemangati. “Insyallah. Do’akan Aku ya!” jawab Faqih.
Lomba pun berjalan selama 2 jam. Faqih sangat serius dalam menggambar sebuah candi Borobudur. Siapa gambar yang paling mirip, akan menang.
2 jam kemudian
Lomba pun selesai. Faqih pun keluar menemui ketiga teman nya. Mereka pun pergi membeli makanan dan minuman. Hati Faqih tidak enak. Ia sangat deg-deg kan dengan hasil lomba nya.
1 jam kemudian
Detik-detik pembacaan pemenang lomba menggambar akan segera dibacakan. “Juara ketiga jatuh kepada….. Ananda…..Rendy….” ucap pembawa acara. Para pendukung Rendy bersorakan. “Juara kedua jatuh kepada……Ananda…...Ilham….” ucap pembawa acara lagi. Faqih pun sangat murung. Ia berpikir bahwa Ia akan kalah. “Dan…. Juara satu jatuh kepada….Ananda….Faqih….” uacp pembawa acara itu dengan semangat. Faqih pun sangat kaget. Ia langsung berpelukan dengan ketiga teman nya tersebut.
Faqih pun membayar semua tunggakan yang telah lama Ia tidak bayar dan Faqih membayar semua biaya pengobatan ibu nya.
TAMAT

Selasa, 12 Agustus 2014

ANJING KESAYANGANKU

Aku Gita. Aku berumur 16 tahun. Sekarang Aku tinggal bersama kedua kakakku. Mama dan Papaku sedang dinas di luar kota selama 6 bulan. Mereka setiap bulan mengirim uang untuk kebutuhan Kami sehari hari. Sesekali tante Kami main ke rumah untuk melihat bagaimana keadaan Kami selama kedua orang tua Kami sedang pergi.
“Kalau begitu Tante dan Om pulang dulu ya. Kalian hati hati di rumah. Kalau ada apa apa langsung aja telpon Tante,” ucap Tante. “Iya Tante. Tante tidak usah khawatir dengan Kami. Kami sudah terbiasa kok di tinggal Papa dan Mama lama. Kalau ada apa apa nanti Aku kabarin ya Tan,” jawab Gita. “Itu harus,” jawab Tante. “Jangan sungkan sama Kami. Bicara saja apa mau Kalian,” sambung Om. “Siap Om,” jawab Gita sambil hormat. “Kalau begitu Kami pamit dulu ya. Assalamu’alaikum,” sambung Tante. “Iya. Wa’alaikumsalam. Hati hati ya Tan.” Jawab Gita. Om dan Tante pun masuk ke dalam mobil dan langsung pergi.
Ketika Gita ingin menutup pintu rumah, ada motor yang berhenti di depan rumah nya. Ia langsung mengetahui jika itu kakak nya, Yoga. “Git. Tadi itu siapa?” tanya Yoga. “Oh tadi. Tadi Om dan Tante,” jawab Gita. “Kenapa Kamu gak bilang kalau Om dan Tante ingin datang? Kan kakak bisa pulang cepat,” lanjut Yoga. “Aku sudah telpon dan sms kakak berkali kali, tapi kakak tidak menjawab,” jawab Gita. “Ah masa iya?” Yoga langsung mengambil hp nya di saku celana nya. “O iya. Pantes gak kedengeran. Hp nya kakak silent,” jawab Yoga. “Kakak mah kebiasaan. Yaudah, ayo masuk. Tante bawain kue kesukaan kakak tuh.” Gita dan Yoga pun masuk.
Keesokan hari nya
“Kak Haris, cepetan! Nanti telat!” teriak Gita dari luar. “Iya iya. Gak sabaran banget si,” jawab Haris sambil menyisir rambut nya. “Maka nya kalau tidur jangan malam malam. Jadi kesiangan kan,” ucap Yoga. “Iya deh besok Aku gak tidur malam malam lagi,” jawab Haris. “Yaudah jangan banyak omong. Nanti kesiangan. Ayo masuk!” sambung Gita sambil menarik tangan Haris.
Sesampai nya di sekolah
“Kalau pulang jangan siang siang dan kalau mau pergi bilang dulu,” ucap Yoga kepada kedua adik nya. “Siap bos,” jawab Gita dan Yoga. “Yaudah. Kakak pergi dulu,” lanjut Yoga. “Hati hati kak,” jawab Gita melambaikan tangan. “Ayo Git masuk,” tarik tangan Gita. “Iya sabar.” Ucap Gita.
Istirahat
“Git. Pulang sekolah Gue, Syifa mau main ke rumah lo ya,” ucap Nadia. “Mau ngapain?” tanya Gita. “Ya main aja. Gue bosen di rumah. Lagi pula nyokap Gue pergi ke Bogor. Baru pulang jam 5 an,” jawab Nadia. “Nyokap lo ngapain ke Bogor?” tanya Gita kepo. “Itu. Nenek Gue masuk rumah sakit gara gara serangan jantung,” jawab Nadia. “Ya ampun. Semoga cepat sembuh ya,” jawab Gita sedih. “Amin.” jawab Nadia.
“Hari ini Kita jalan kaki aja ya. Cuaca nya lagi bagus nih. Gak terlalu panas. Kalau sudah cape, baru Kita naik angkot,” ucap Gita. “Yaudah terserah lo. Gua mah ikut aja,” jawab Nadia. “Duit Gue juga abis. Nanti kalau naik angkot Gue pinjem ya. Nanti Gue ganti,” sambung Syifa. “Tenang aja Syif. Yaudah ayo.” lanjut Gita.
Di tengah perjalanan, Mereka melihat seekor anjing yang sedang terluka. “Git, liat deh. Itu ada anjing yang kaki nya berdarah. Kesian banget,” ucap Nadia menunjuk ke arah anjing itu. Tanpa menjawab omongan Nadia, Gita langsung berlari ke arah anjing tersebut. Nadia pun kebingungan dengan sikap Gita yang tiba tiba saja berlari ke arah anjing yang sedang terluka. Nadia dan Syifa pun menghampiri Gita. “Git lo kenapa langsung lari?” tanya Nadia. Gita diam tidak menjawab pertanyaan Nadia. Gita terlihat sangat khawatir dengan anjing itu. “Git. Gita!” teriak Nadia. “Apa? Eh sorry Nad. Gue cuma kesian aja sama anjing ini. Kalau dia kenapa kenapa gimana? Kesian kan. Lagian siapa si yang tega melukai anjing ini?!” ucap Gita marah. “Loh, kenapa jadi lo yang marah?” Nadia semakin bingung dengan sikap Gita. “Ya kesian aja. Orang yang melukai anjing ini berarti tidak punya hati. Bisa bisa nya melukai binatang,” lanjut Gita. “Yaudah. Dari pada itu anjing kenapa kenapa, mendingan lo bawa aja. Seperti nya dia kelaparan,” sambung Syifa. “Tapi kan anjing haram Syif,” ucap Nadia. “Gue gak peduli. Mau ini haram apa enggak. Yang penting anjing ini sembuh!” lanjut Gita. Mereka pun melanjutkan jalan.
Sesampai nya di rumah
Gita tampak sibuk mengurusi anjing liar itu. Dia memberi makanan kepada anjing itu. Anjing itu pun makan dengan lahap nya. Nadia masih merasa bingung dengan sikap Gita yang tiba tiba berubah ketika dia melihat anjing itu. “Git. Gue ganti baju dulu ya,” ucap Syifa. “Iya,” jawab Gita. “Gue ikut,” sambung Nadia. “Yaudah, jangan lama lama ya,” lanjut Gita. “Iya.” jawab Nadia.
Di rumah Syifa
“Syif. Gue mau nanya sesuatu,” ucap Nadia. “Nanya apa? Tentang Gita?” tebak Syifa. “Iya. Lo kan temen deket nya Gita. Berarti lo tahu banyak dong tentang Gita? Kenapa ya, sifat Gita jadi berubah pas liat anjing itu? Pada hal kan itu bukan anjing dia,” lanjut Nadia. “Gue temenan sama Gita dari kecil. Orang tua Kita juga temenan. Dulu, Gita punya anjing. Lucu banget. Gita sangat sayang sama anjing itu. Setiap pulang sekolah dia selalu main sama Cecil. Gue pun suka dengan Cecil. Kata nya si Cecil itu dulu nya anjing liar dan di ambil oleh toko anjing,” Syifa menceritakan semua nya. “Lalu, sekarang Cecil kemana?” tanya Nadia semakin kepo. Syifa terlihat murung ketika Nadia menanyakan hal itu. “Syif! Kok diem?” ucap Nadia bingung. “Cecil mati tertabrak mobil,” jawab Syifa. “Astagfirullah. Terus Gita saat itu gimana?” tanya Nadia. “Gita sangat sedih. Saat itu Gue ada di sana juga dan Gue juga sedih banget. Gita memarahi pengendara mobil itu. Dia bilang Om! Bisa nyetir gak si?! Kalau nyetir itu jangan tidur! Lihat, anjing saya jadi mati!” , “Oalah. Gita berani banget ngomong gitu. Terus terus,” ucap Nadia semakin kepo. “Kak Yoga dan kak Haris menenangkan Gita dan Bokap Nyokap nya meminta maaf kepada pengendara mobil itu atas ucapan Gita. Gita menangis tanpa henti. Sampai sampai, dia tidak rela kalau Cecil mati dan tidak mau Cecil di kubur. Tetapi Nyokap nya bilang Relain Cecil Git. Sekarang Cecil udah pergi ke tempat dimana dia dapat teman baru dan pengasuh baru. Jadi Kamu jangan khawatir dengan keadaan Cecil. Gue juga sedih tapi Gue berusaha gak nangis supaya Gita gak semakin sedih. Dari kejadian itu, Gita jadi murung. Dia gak mau sekolah 3 hari. Tapi Gue selalu bujuk dia dan Gue berhasil. Pas lo baru masuk, Gita juga baru masuk. Maka nya dia agak jutek gitu,” , “Oh gitu. Ya ampun, Gue gak tau kalau Gita punya cerita sedih kaya gitu,” jawab Nadia. “Maka nya. Pas Gue liat Gita khawatir banget dengan anjing itu, Gue melihat sosok Gita yang dulu udah kembali. Pas Cecil sakit dulu, dia juga sekhawatir itu. Jadi Gue udah gak merasa aneh dengan sikap Gita tadi,” jawab Syifa. “Oh gitu. Pantes saja dia begitu. Ya wajar lah kalau Gita merasa khawatir dengan anjing itu. Ternyata Gita punya alasan tertentu,” sambung Nadia. “Yaudah. Kita balik ke rumah Gita yuk. Gak enak. Masa Kita tinggalin dia,” ucap Syifa. “Iya. Karena cerita tentang Cecil jadi gak ingat waktu.” jawab Nadia.
Di rumah Gita
“Syifa... Nadia… Lihat deh. Lucu kan…,” teriak Gita ketika Syifa dan Nadia baru masuk. “Wah lucu banget. Bersih lagi. Lo mandiin ya?” tanya Nadia. “Iya . Habis nya Kalian lama banget. Gue udah tungguin Kalian. Yaudah. Dari pada iseng, mendingan Gue mandiin Boy,” jawab Gita. “Boy? Boy siapa?” tanya Nadia. “Boy itu anjing ini. Gue akan merawat dia dan dia akan menjadi pengganti anjing Gue dulu,” jawab Gita. Syifa dan Nadia hanya bisa tersenyum melihat sahabat nya senang dengan keberadaan anjing yang terluka itu. “Gita adalah pecinta binatang. Dia tidak akan menyerah untuk merawat binatang yang sedang sakit. Walaupun itu binatang yang haram untuk nya. Semoga saja dengan keberadaan Boy bisa merubah kehidupan Gita.” dalam hati Syifa.
                                          TAMAT

Sabtu, 05 Juli 2014

Kecemburuan Seorang Teman

Di suatu pagi yang sangat cerah, Gita dan ke dua teman nya sedang berkumpul di kantin sekolah.
Ibnu :”Git, kamu udah kerjain pr Matematika belum? Kalau udah aku liat dong”
Gita :”Udah dong. Ah kamu, selalu saja nyontek. Berusaha dong Nu”
Ibnu :”Semalam aku ketiduran dan lupa kalau ada pr”
Lu’lu :”Ketiduran apa main internet?”
Ibnu :”Mmmm sebenar nya si main internet”
Lu’lu:”Bisa saja kamu bohong nya”
Ibnu :”Sebelum main internet aku udah berusaha kerjain, tapi aku gak bisa. Yaudah aku main internet saja”
Lu’lu :”Jangan-jangan Ibnu buka video yang enggak-enggak”
Ibnu :”Enak aja. Aku hanya main game online”
Gita :”Udah-udah jangan pada ribut. Masalah gini aja di besar-besarin. Kamu juga. Zaman sekarang kan udah serba canggih. Kamu kan bisa bbm aku untuk tanya cara nya gimana”
Ibnu :”Paket aku baru habis semalam dan baru mau di isi nanti sehabis pulang sekolah”
Lu’lu :”Speak nya bisa banget”
Ibnu :”Seriusan deh”
Gita :”STOP! Masih pagi jangan bikin masalah deh. Udah berhenti bicarain ini. Dari pada berantem, mending kita masuk kelas aja. Sebentar lagi masuk”
Ibnu dan Lu’lu mengangguk kan kepala nya.
Di dalam kelas
Chantika :”Selamat pagi anak-anak”
Murid-murid :”Pagi bu”
Chantika :”Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk sayang”
Anak baru itu pun masuk ke dalam kelas.
Chantika :”Silahkan perkenalkan nama kamu”
Gabriel :”Nama saya Gabriella Febriana. Salam kenal”
Murid-murid :”Salam kenal Gabriel”
Chantika :”Baik. Gabriel, kamu duduk di sebelah Gita ya”
Gabriel :”Baik bu”
Chantika :”Ok. Sekarang buka paket halaman 125. Kerjakan bagian A dan B saja. Ibu tinggal sebentar ya. Ada urusan antar guru. Jangan ada yang ribut. Jika ada yang ribut, ibu akan hukum kalian tulis “SAYA TIDAK AKAN BERISIK DI DALAM KELAS LAGI” sampai 100 halaman. Kalian mau?”
Murid-murid :”Tidak…”
Chantika :”Ya sudah. Ibu keluar dulu. Ketua kelas, catat siapa saja yang berisik di dalam kelas”
Natasya :”Baik bu”
Semua murid pun mengerjakan tugas yang di berikan oleh bu Chantika. Tidak ada seorang pun yang berani dengan nya. Karena beliau terkenal sangat tegas dan disiplin.
Istirahat
Gita :”Gabriel, mau ikut kita ke kantin gak?”
Gabriel :”Boleh. Bentar ya aku rapihkan semua buku-buku aku dulu. Kalian keluar saja dulu. Aku akan menyusul”
Gita :”Ya sudah. Kita duluan ya”
Gabriel :”Iya”
Gita, Ibnu dan Lu’lu pun keluar kelas.
Natasya :”Heh Gabriel. Kamu mau aja temenan sama mereka. Mereka kan gak asyik. Mendingan main sama kita. Terus kamu akan jadi terkenal di sekolah. Iya kan girls?”
Aulia, Muninggar dan Sulis :”Yoi”
Gabriel :”Maaf. Kata Mama aku, bergaul sama siapa aja. Jangan memilih-milih teman. Kalau kalian mau jadi teman aku, silahkan saja. Aku berteman sama siapa saja. Mmm maaf. Aku udah di tungguin sama Gita. Kalian mau ke kantin? Bareng aja yuk”
Natasya :”Enggak. Nanti aja”
Gabriel :”Ya sudah. Aku duluan ya”
Natasya :”Gila tu orang. Anak baru aja belagu!”
Aulia :”Iya ya. Sok bijak lagi”
Natasya :”Ya udah lah. Dari pada kita mikirin anak baru yang songong itu, mending kita ke kantin aja. Yuk”
Sulis :”Tadi di tawarin sama Gabriel kata nya gak mau. Sekarang malah mau”
Natasya :”Diem aja deh!”
Semakin hari, Natasya dan teman-teman nya semakin kesal dengan keberadaan Gabriel yang tidak mau menjadi teman nya.
Natasya :”O iya. Gimana kalau kita taruh lem di kursi Gabriel. Terus pas si Gabriel tanya “Siapa yang taruh lem di kursi ini?” nanti kita bilang kalau Gita lah yang taruh lem di kursi nya. Gimana?”
Muninggar :”Ide bagus tuh”
Aulia :”Iya aku juga setuju”
Sulis :”Jangan. Nanti Gabriel bisa marah ke Gita”
Muninggar :”Ya kan itu tujuan kita. Buat Gabriel jadi benci ke Gita”
Natasya :”Sulis, kalau gak ngerti mending diem aja deh”
Bel masuk
Chantika :”Gabriel. Coba kamu jawab pertanyan nomor 5”
Gabriel :”Baik bu”
Ketika Gabriel bangun, bangku pun ikut terangkat. Semua murid-murid tertawa.
Chantika :”Diam! Siapa yang telah melakukan ini semua?!”
Semua murid pun terdiam.
Natasya :”O iya bu. Tadi pagi saya melihat Gita menaruh sesuatu di kursi Gabriel”
Gita :”Jangan asal nuduh kamu! Aku tidak menaruh apa-apa di kursi Gabriel!”
Gabriel :”Tega kamu Git. Aku pikir kamu teman yang baik. Ternyata kamu sangat licik!”
Chantika :”Gita, ikut ibu ke kantor”
Gita :”Tapi bu bukan saya yang”
Chantika :”Jangan membantah! Ayo ikut! Dan untuk kalian semua, yang belum selesai mengerjakan pr, kerjakan sekarang”
Murid-murid :”Baik bu”
Istirahat
Ibnu :”Tasya! Jujur sama kami. Kamu kan yang menaruh lem di kursi Gabriel!”
Natasya :”Apaan si. Aku liat sendiri kok kalau Gita yang taruh lem itu”
Lu’lu :”Gak usah fitnah jadi orang! Fitnah lebih kejam dari pembunuhan!”
Natasya :”So what. Aku gak peduli”
2 hari kemudian
Chantika :”Ibu tidak menyangka. Anak sebaik kamu akan melakukan sifat yang sangat keji seperti ini. Memfitnah teman sendiri. Itu adalah sifat yang tidak baik untuk di lakukan. Sekarang kalian ber 4 ibu hukum. Hormat ke bendera sampai pulang”
Natasya :”Apa bu? Sampai pulang?”
Chantika :”Iya. Kamu mau protes? Oh. Apa kalian ingin berlari 100 putaran?”
Aulia :”Enggak bu. Mendingan kita hormat bendera saja”
Chantika :”Baik. Hukuman kalian di mulai dari… Sekarang!”
Natasya, Aulia, Sulis dan Muninggar pun segera berlari ke lapangan untuk hormat bendera.
Sulis :”Duh… Aku lelah hormat bendera terus”
Natasya :”Kamu pikir aku gak lelah? Aku juga lelah. Jangan bayak ngomong deh”
Sulis :”Kan dari awal aku udah bilang. Jangan kerjain Gabriel. Kan kita juga yang kena karma nya”
Natasya :”Diam!”
Tiba-tiba bu Chantika datang.
Chantika :”Hukuman kalian sudah selesai. Silahkan kembali ke kelas dan jangan sekali-kali mengulangi perbuatan seperti ini lagi. Mengerti?!”
Aulia, Sulis, Muninggar dan Natasya :”Mengerti bu”
Natasya :”Tapi bu. Kata nya kita di hukum sampai pulang sekolah?”
Chantika :”Memang benar. Tetapi Gita memohon ke ibu untuk menyudahi hukuman kalian. Seharus nya kalian bersyukur mempunyai teman seperti Gita yang sangat baik. Segera lah minta maaf kepada Gita”
Aulia :”Iya bu. Kami akan segera minta maaf kepada Gita. Kalau begitu kami permisi ke kelas ya bu”
Chantika :”Iya”
Di kelas
Natasya :”Gita. Aku minta maaf ya atas perbuatan aku yang sudah memfitnah kamu dan terima kasih karena kamu sudah meminta agar bu Chantika menyudahi hukuman kami”
Gita :”Iya sama-sama”
Aulia :”Aku pikir kamu akan marah ke kita”
Gita :”Untuk apa aku marah? Aku tidak marah dan tidak ada rasa dendam kepada kalian. Kalian adalah teman aku juga. Aku tidak tega melihat teman sedang kesusahan”
Natasya :”Sekali lagi terima kasih ya Git”
Gita :”Iya sama-sama”

TAMAT

Rabu, 16 April 2014

Udah ada 9 cerpen yang udah Gue bikin dan share. Tapi Gue belum perkenalkan diri ke Kalian semua. Ini dia biodata Gue...

Nama Lengkap : Fahira Anggita Mulya
Nama Panggilan : Gita
Kelas : 8
Sekolah : SMPN 4 Tangerang
TTL : Jakarta, 2 Desember 1999
Zodiak : Sagitarius
Shio : Kelinci
Cita-cita : Dokter & Penulis
Hobi : Mengarang, Menyanyi, Mendegarkan musik dan Nonton anime
TK : TK Kenanga, Jakarta Pusat
SD : SDN Poris Gaga 4 Tangerang (cuma 1 tahun) & SDN Cipondoh 1 Tangerang
Twitter : @gitafahira2
Facebook : Fahira Anggita Mulya
Path : Fahira Anggita Mulya
Instagram : @gitafahira2
Ask.fm : @GitaFahira

Soundcloud : @gitafahira12

Sabtu, 05 April 2014

PERJUANGAN SEORANG ANAK

Ini adalah cerpen yang membuat gue menang juara 3 di lomba membuat cerpen antar sekolah. Penasaran? Ini dia...

Namaku Rahma. Aku berumur 11 tahun. Aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Vika. Ia berumur 9 tahun. Kehidupan Kami sangat menyedihkan. Bapak seorang nelayan dan Ibu seorang penjual gorengan. Tetapi Aku sangat mensyukuri pemberian dari Allah.
Aku dan Vika mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Karena saat Aku kelas 4 dan Vika kelas 2 SD, Kami memenangkan lomba puisi tingkat Desa. Ternyata hadiah nya berupa beasiswa sampai lulus SD. Kami sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa dan mendapatkan kesempatan untuk bersekolah lagi.
Suatu hari, saat Aku sedang membaca buku. Temanku yang bernama Elsa menghampiriku. “Rahma, Kamu ikut tidak pengambilan nilai renang Minggu besok?” tanya Elsa. ”Sepertinya tidak,” jawab Rahma. “Loh, kenapa?” tanya Elsa bingung. “Kamu kan tahu. Keluarga Aku seperti apa? Aku tidak mempunyai uang untuk membeli tiket nya,” jawab Rahma. “Yah, sayang sekali. Itu kan untuk penambahan nilai,” jawab Elsa kecewa.”Sebenarnya Aku juga ingin ikut. Tetapi orang tuaku tidak punya uang,” jawab Rahma. Elsa adalah sahabatku yang sangat baik. Hanya Elsa yang bisa mengerti posisiku.
Ketika bel pulang berdering, Aku segera keluar kelas dan menjemput Vika. Kebiasaan Kami ketika pulang sekolah adalah membantu Ibu berjualan di jalan. Ibu adalah pedagang gorengan keliling. Kami sangat senang bisa membantu Ibu. “Semoga hari ini laku banyak ya kak.” ucap Vika. “Amin,” jawab Rahma. Selain di jalan, Ibu berjualan di kantin sekolah. Setiap pagi Aku selalu menaruh dagangan Ibu dan sepulang sekolah, Aku mengambil uang gorengan yang laku. ”Neng. Ini uang nya. Hari ini banyak sekali yang membeli gorengan nya. Semua habis terjual. Besok Ibu pesan tiga puluh ya,” ucap Ibu Sarti sambil memberikan uang hasil laku nya gorengan. ”Alhamdulillah, siap bu. Ya sudah, Kami pulang dulu ya. Assalamu’alaikum,” jawab Rahma senang dan berpamitan ke Ibu Sarti. ”Wa’alaikumsalam,” jawab Ibu Sarti.
”Alhamdulillah, laku terjual. Semua habis tak tersisa,” ucap Rahma sangat senang karena gorengan nya laku semua. ”Iya kak. Ibu pasti senang,” jawab Vika tersenyum.
Ketika di jalan, Kami bertemu dua orang preman. ”Berani sekali Kalian lewat daerah Kami. Jika Kalian ingin lewat jalan ini, Kalian harus bayar. Mana uang Kalian?!” dengan wajah yang sangat seram, kedua preman itu memalak Kami. ”Kami tidak punya uang Om” jawab Vika terbata-bata. ”Bohong!” bentak Preman itu. Lalu, preman itu mengambil uang dari saku seragamku. ”Ini apa?! Kalian pikir, Kalian bisa membohingi kami?” bentak preman sambil memegang uang hasil dagang Ibu di kantin. ”Jangan Om. Itu uang hasil dagang Ibu Kami di kantin,” ucap Rahma memohon agar preman itu mengembalikan uang nya. ”Kami tidak peduli!” jawab preman itu dan segera pergi meninggalkan Rahma dan Vika. ”Duh. Bagaimana nih kak? Ibu pasti sedih uang nya tidak ada,” ucap Vika panik. ”Kakak juga bingung. Tetapi, Kita harus jujur. Bahwa uang nya di ambil oleh preman,” jawab Rahma memberikan jalan keluar. Kami pun melanjutkan jalan dengan perasaan sedih dan khawatir jika Ibu akan marah karena uang nya hilang.
Sesampainya di depan rumah, Ibu sudah siap-siap ingin dagang. Kami takut untuk bertemu Ibu. Ibu pun melihat Kami, ”Rahma, Vika. Kok diam saja di situ? Sini bantu Ibu berkemas,” panggil Ibu. Kami pun memberanikan diri untuk menghampiri Ibu. ”Wajah Kalian kenapa pucat? Kalian sakit?” tanya Ibu panik. ”Kita tidak apa-apa” jawab Rahma bohong. ”Lalu, kenapa wajah Kalian pucat?” tanya Ibu penasaran. ”Kita tidak apa-apa bu,” Rahma kembali berbohong. ”Kalian jangan bohong!” jawab Ibu mulai kesal.  ”uang nya di ambil sama preman. Aku sudah berusaha agar uang dagangan nya tidak di ambil. Tapi…, di ambil juga,” jawab Rahma terbata-bata. ”Ya sudah tidak apa-apa. Mungkin belum rezeki Kita. Kalian ingin ikut Ibu tidak?” tanya Ibu membuat kedua putri nya terbebas dari rasa takut. ”Mau...,” jawab Rahma dan Vika senang. Kami pun segera masuk kamar dan mengganti baju.
”Syukur lah Ibu tidak marah. Aku sudah takut jika Ibu akan memarahi Kita,” ucap Vika sambil menghembuskan nafas tanda sudah tidak ada beban. ”Iya benar sekali. Kakak juga tidak tahu jika Ibu sampai marah.” jawab Rahma.
Setelah Kami mengganti baju, Kami segera jalan membantu Ibu jualan. Kami sangat senang membantu dan menemani Ibu berjualan.
Ketika Kami sedang menjajakan dagangan Kami, tiba-tiba saja ada Kantipnas. Kami semua lari. Kami lari sekuat mungkin. Kami melihat ada sebuah gang. Kami bersembunyi di sana. Lama kami bersembunyi. ”Vik. Coba lihat deh. Masih ada atau tidak?” ucap Rahma menyuruh adik nya. Vika pun mengintip dan tidak ada siapa-siapa. ”Sudah tidak ada kak, bu. Ayo kita keluar,” jawab Vika dengan suara sangat pelan. Kami pun keluar dari tempat persembunyian kami.
”Yah. Semua dagangan Kita hancur. Kita baru saja menjual sepuluh gorengan,” ucap Rahma kecewa melihat dagangan nya berserakan dimana-mana. ”Iya kak,” jawab Vika sedih. ”Sudah tidak apa-apa. Mungkin ini bukan rezeki Kita,” jawab Ibu menenangkan hati kedua putri nya. ”Hari ini hari yang sangat sial untuk keluarga Kita!” jawab Rahma kesal. ”Ssstt. Tidak boleh bicara seperti itu. Alhamdulillah keluarga Kita masih di beri pekerjaan. Coba kalau Bapak dan Ibu tidak mempunyai pekerjaan. Kalian tidak bisa bersekolah dan makan. Kita harus bersyukur atas semua pemberian Allah kepada Kita. Coba Kalian lihat anak jalanan. Mereka tidak bersekolah. Mereka bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi. Panas-panasan, kehujanan. Kita masih bersyukur. Bapak bekerja sebagai nelayan. Ibu bekerja sebagai penjual gorengan. Ya walaupun tidak seberapa. Yang penting Bapak dan Ibu ada penghasilan tiap bulan dan cukup untuk makan sehari-hari,” Ibu menjelaskan secara detail dan membuat Rahma dan Vika tersadar. ”Ibu benar. Kami tidak bersyukur atas semua nikmat yang Allah telah berikan kepada keluarga Kita,” jawab Rahma tersadar akan semua perkataan yang Ia ucapkan tadi. Vika mengangguk tanda setuju dengan apa yang kakak nya katakan. “Ibu tahu kalian sangat kesal. Semua manusia pasti mempunyai emosi masing-masing. Tapi kalian harus janji sama Ibu. Kalian harus menjaga emosi kalian. Jangan sampai Kalian hilang kendali dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk di ucapkan.  Jika kalian mempunyai masalah, segera lah Istigfar,” jawab Ibu. Rahma dan Vika mengangguk.
Kami pun segera pulang dengan perasaan sedih dan hanya membawa uang Rp 5.000,00.
Sesampainya Kami di rumah, Kami melihat banyak sekali orang berkumpul di depan rumah Kami. Kami pun bingung, kenapa ada banyak orang. Kami segera masuk. ”Permisi. Ada apa ini?” Aku pun melihat Bapak terbaring di tempat tidur. Wajahnya sangat pucat. Aku pun langsung menghampiri Bapak. ”Bapak! Bapak kenapa?!” tanya Rahma khawatir. ”Yang sabar ya nak Rahma. Bapak Kamu sudah pergi. Perahu yang Bapak Kamu naiki terbalik dan Bapak Kamu tidak selamat,” jawab Pak RT. “Tidak mungkin! Bapak! Bapak bangun!!! Bapak kan sudah janji ingin membelikan Aku dan Vika sepatu dan tas baru. Kenapa Bapak pergi meninggalkan Kami?!” Rahma pun menangis. ”Bapak!!!” teriak Vika ketika masuk dan melihat Bapak sedang terbaring lemah dengan wajah yang sangat pucat. ”Astagfirullah. Mas Anas,” Ibu terkejut melihat keadaan Bapak dan hampir pingsan. Aku dan Vika menangis tanpa henti. Aku tidak tahu perasaanku saat ini. Bagaikan tertusuk dengan pisau yang sangat tajam dan bagaikan petir menyambar. Mendengar Bapak telah tiada.
Aku sangat sayang Bapak. Jika Bapak tidak berlayar, Bapak selalu membantu Aku mengerjakan pr. Sekarang Bapak sudah tidak ada. Tidak ada lagi yang membantu Aku mengerjakan pr. Tidak ada lagi yang membuat suasana rumah menjadi ramai.
Ya Allah. Kenapa Kau memberikan cobaan untuk  keluarga Kami secara bersamaan? Kami baru saja kehilangan uang dan dagangan Kami hancur. Kenapa Kau harus mengambil Bapakku juga?  Begitulah isi hatiku saat ini.
Andai waktu ku ulang. Aku akan mencegah Bapak berlayar dan mungkin saat ini Bapak masih ada.
Hari demi hari Kami lalui tanpa Bapak. Ibu mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai pembantu di Jakarta. Sekarang Kami tinggal di rumah Bibi Kami yang tidak jauh dari rumah Kami. Aku dan Vika berjanji, akan menjadi anak yang pintar dan bisa membuat Ibu bahagia.
Kami semakin rajin belajar. Kami mendapatkan ranking satu di kelas. Aku pun lulus dengan nilai yang sangat tinggi. Nilaiku tertinggi pertama dari 300 siswa. Aku mendapatkan beasiswa lagi. Aku adalah salah satu murid yang sangat beruntung. Sudah mendapatkan dua kali beasiswa. Vika pun sama sepertiku. Dia mendapatkan ranking satu.
Setelah mengambil rapor, Kami mengunjungi makam Bapak. Kami sering ke sana untuk laporan. Laporan hasil belajar Kami.
Sesampainya di makam Bapak, Kami pun mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dalam hati Kami. ”Bapak tahu tidak? Aku dan Vika mendapatkan ranking satu lagi untuk ke enam kali nya. Andai Bapak ada di sini. Pasti Bapak akan senang melihat Kami mendapatkan nilai yang bagus,” ucap Rahma. ”Kami sangat rindu dengan Bapak. Sekarang Kami tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Ibu sedang mencari uang di Jakara. Sekarang Kami tinggal di rumah Bibi Heni,” lanjut Vika. Kami meneteskan air mata di atas makam Bapak. Aku masih tidak percaya bahwa Bapak telah pergi meninggalkan Kami semua.
Selesai berziarah, Kami segera pulang. Khawatir Bibi mencari Kami.
Hari berganti dengan hari. Waktu berganti dengan waktu. Tahun berganti dengan tahun. 10 tahun kemudian. Aku telah menjadi seorang penulis terkenal. Sudah banyak novel, cerpen, dan masih banyak lagi. Sejak SD Aku memang sudah suka mengarang . Ada dua novel karyaku yang sudah di buat film. Dua cerita itu tentang kejadian nyata ku saat masih kecil dulu. Kehidupanku sudah tidak suram lagi. Sekarang Vika menjadi seorang mahasiswi jurusan perawat. Dan, Ibu sudah tidak bekerja lagi. Ibu sudah tidak mampu bekerja lagi. Sekarang gantian. Aku lah yang bekerja untuk Ibu. Ibu sangat bahagia melihat kedua putri nya sudah sukses. Sekarang Kami mempunyai rumah di Jakarta. Rumah yang di Desa sudah Kami jual untuk biaya kuliah Kami. Saat ini, Aku kuliah sambil kerja. Untuk mencukupi kehidupan Kami.
”Bu. Rencana nya besok Aku dan Vika ingin ziarah ke makam Bapak. Apakah Ibu ingin ikut?” tanya Rahma. ”Tentu saja Ibu ingin ikut. Sudah lama sekali Ibu tidak ziarah ke makam Bapak,” jawab Ibu. ”Ya sudah. Sekarang, Ibu istirahat. Agar besok Kita jalan, Ibu sehat bugar,” lanjut Vika. ”Siap komandan,” jawab Ibu. ”Hahaha. Ibu bisa saja,” Rahma tertawa mendengar dan melihat kelakuan Ibu nya. Ibu pun masuk ke kamar. ”De”, ”Iya kak?” jawab Vika. ”Kakak sangat bahagia sekali. Karena kehidupan Kita tidak suram lagi. Tidak ada lagi jualan-jualan, sedih, dan lain-lain,” Rahma tersenyum. ”Iya kak. Aku juga sangat bersyukur karena Allah telah mengabulkan do’a Kita,” jawab Vika. ”Sekarang yang paling penting adalah, Kita harus membagi waktu untuk mengurus Ibu. Karena hanya Ibu yang Kita miliki saat ini,”, ”Benar sekali kak,” jawab Vika. Ketika Aku sedang berbicara dengan Vika, tiba-tiba saja mataku tertuju ke arah foto Bapak. Aku pun mengambil foto Bapak. “Andai saja Bapak masih ada. Bapak pasti sangat senang melihat Kita sudah sukses,” memegangi foto Bapak. Vika mengangguk tanda setuju dengan yang di katakana kakak nya itu.
Keesokan hari nya
Kami telah sampai di makam Bapak. Makam Bapak tetap terjaga walaupun Kami jarang berziarah. Karena Aku membayar orang untuk membersihkan makam Bapak.
”Mas. Ini aku, Sri. Sudah lama sekali Aku tidak menengok Mas. Karena Aku sudah tidak kuat untuk jalan jauh. Mas. Anak-anak Kita sudah sukses. Impian kita terkabul Mas. Ya walaupun Mas tidak bisa bersama-sama dengan Kami. Aku tahu, pasti Mas juga senang melihat kedua putri Kita sudah sukses,” ucap Ibu. Perkataan Ibu cukup membuat Kami meneteskan air mata. “Rahma, Vika. Bacakan Surah Al-Fatihah dan doakan agar Bapakmu di terima di sisi Allah SWT,” lanjut Ibu. Aku dan Vika mengangguk. Untuk kesekian kali nya, Aku meneteskan air mata di  atas makam Bapak. Aku belum bisa melupakan sosok seorang Bapak yang sangat sayang kepada keluarga. Aku menangis sesegukan. Vika pun sama. Kami akan selalu menyayangi kedua orang tua Kami. Sebagaimana orang tua yang telah mendidik Kami sampai ke pendidikan tertinggi.

TAMAT

Jumat, 28 Februari 2014

CINTAKU BERSEMI DI DEPAN MUSHOLA SEKOLAH

Hi. Aku Gita. Sekarang aku sudah kuliah jurusan kedokteran. Aku banyak di sukai oleh semua cowo di kampus. Aku sangat senang jika banyak yang tertarik olehku. Tetapi hanya satu cowo yang sampai sekarang masih aku sukai. Dia adalah kakak kelasku saat aku masih duduk di bangku SMP. Dia tinggi,putih,baik,pintar dan ramah. Dan satu yang sangat aku sukai adalah…Ketaatan dia beribadah. Dia sangat rajin sholat. Dia cowo alim yang baru aku kenal. Dari semua cowo yang aku suka, hanya kak Dilwyn lah yang membuat aku tidak bisa berpaling ke cowo mana pun. Tetapi satu yang aku kesal dari dia. Dia sangat cuek. Tetapi aku yakin. Di balik sifat dia yang begitu dingin, dia adalah tipe cowo penyayang. Dia sangat ramah kepada semua cewe. Dan dia selalu memberikan senyum ke semua orang. Tetapi sampai sekarang, aku belum melihat dia lagi.
Suatu hari, ketika aku sedang duduk di depan kelas, aku melihat seorang cowo yang baru saja selesai sholat duha. Dia sangat tampan. Wajahnya sangat cerah. Kata ibuku, orang yang selesai sholat, wajahnya bersinar. Aku melihat pada diri cowo itu yang tidak lain adalah kakak kelasku. Aku terus memperhatikan cowo itu. Tiba-tiba saja temanku, Alika dan Tia mengejutkanku. Alika :”hayo. Ngapain diam aja” Gita :”mmm gak apa-apa kok” Alika :”terus ngapain liatin kakak kelas itu?” Gita :”aku hanya kagum. Ada kakak kelas yang begitu rajin sholat duha di jam istirahat” Alika :”iya. Aku juga sering lihat kakak kelas itu. Sangat alim” Tia :”itu nama nya Dilwyn. Dia sahabat pacar aku” Alika :”sahabat kak Galih?” Tia :”iya. Dia orang nya sangat lembut. Tetapi nama nya cowo, kalau sudah kumpul sama teman cowo nya, keluar deh jiwa berisik nya” Gita :”siapa yang jadi pacar nya pasti sangat beruntung mendapatkan cowo yang sangat baik dan ramah” Tia :”iya. Kalau kamu jadi pacar nya mau gak?” Gita :”hah! Gila kali. Ya gak mungkin lah. Aku sholat nya aja masih bolong-bolong. Tengsin lah. Masa pacaran sama cowo yang sealim dia” Tia :”ya… Kalau kamu mau, aku akan jodohin kamu dan aku akan omongin sama kak Galih” Gita :”udah ah. Ngomong apa si kamu. Udah yuk masuk. sebentar lagi pelajaran B.Inggris” kami pun masuk ke kelas. Aku masih saja kepikiran kakak kelas itu. Aku membayangkan, andai saja aku jadi pacar nya. Aku akan berubah drastis jadi alim. Tetapi itu hanya dalam mimpi.
Teeeet
Bel pulang pun berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar selesai. Semua murid merapihkan semua buku. Selesai merapihkan, ketua kelas pun menyiapkan untuk berdo’a sebelum pulang. Alika :”Git. Mamaku baru sms. Bahwa nenekku terpeleset di kamar mandi. Jadi hari ini aku tidak bisa pulang bareng. Aku ingin ke rumah sakit untuk menjenguk nenekku” Gita :”astagfirullah. Yasudah. Kamu segera ke rumah sakit melihat keadaan nenek kamu. Aku pulang sama Tia saja” Alika :”makasih ya. Yasudah. Aku duluan ya” Gita :”iya hati-hati ya” Alika pun segera pergi. Tia :”mmm Git. Tadi kak Galih sms. Katanya dia mau ajak aku lunch bareng teman-teman nya. Kamu temenin aku ya. Aku malu sendirian” Gita :”loh kan ada kak Galih” Tia :”plis temenin aku” Gita :”yasudah deh. Aku sms ibu aku dulu ya” Tia :”makasih Gita…”
Aku tidak mengetahui bahwa kak Dilwyn ikut juga. Setelah aku mengetahui, aku sangat terkejut dan aku langsung terdiam. Aku grogi sekali. Jantungku berdegup kencang. Aku tidak bisa bicara apa-apa. Sepertinya Tia sengaja deh tidak memberitahu aku. Aku pun berbisik ke Tia “Ti. Kok ada kak Dilwyn?” Tia :”o iya aku lupa memberitahu kamu kalau kak Dilwyn ikut juga. Emang nya kenapa? Kamu suka ya sama kak Dilwyn?” Gita :”ssssttt. Jangan omongin ini disini. Bisa bahaya” Tia :”yaudah. Nanti di tempat les kasih tau ya” Gita :”iya”
Tia :”duh Git. Aku lupa. Kalau kak Galih mau anterin aku pulang. Jadi kamu pulang sendiri” Gita :”oh. Yaudah gak apa-apa. Aku pulang sendiri aja” Galih :”eh jangan. Anak perempuan tidak boleh pulang sendiri malam-malam. Bisa bahaya. Bagaimana kalau kamu di anterin sama Dilwyn? Gimana wyn. Bisa gak?” Dilwyn :”bisa-bisa. Yaudah. Aku anterin kamu. Lagi pula rumah kamu dengan rumahku tidak terlalu jauh. Karena aku sering melihat kamu” hatiku sangat senang sekaligus deg deg kan. Pasti ini kelakuan Tia.
Aku pun pulang di antarkan kak Dilwyn. Udara malam sangat dingin. Dilwyn :”kamu kedinginan?” Gita :”enggak kok” Dilwyn :”nih. Pakai saja jaketku” Gita :”tapi kakak nanti kedinginan” Dilwyn :”gak apa-apa. Nih pakai” aku pun memakai jaket kak Dilwyn. Jaket nya harum parfum kak Dilwyn.
Di perjalanan aku hanya bisa senyum senyum gak jelas atau tijel (tidak jelas) #sama aja -_- . Perasaanku campur aduk. Aku harus berterima kasih ke Tia. Dia lah yang membuat momen ini ada.
Besok nya aku bercerita panjang lebar kepada kedua sahabatku. Aku memberitahu ke mereka bahwa aku menyukai kak Dilwyn. Tia :”sudah aku duga. Kamu suka kan sama kak Dilwyn. Gimana kemarin di antar sama kak Dilwyn?” Gita :”senang sekali sekaligus deg deg kan. Kamu ya yang merencanakan ini semua?” Tia :”iya. Aku sama kak Galih yang membuat rencana nya. Keren kan” Gita :”keren si. Tapi…” Tia :”gak usah pake tapi. Tapi seru kan. Kak Galih bilang sama aku. Kalau dia sangat senang jika kak Dilwyn jadian sama kamu. Katanya sangat cocok”
Hari demi hari aku lalui. Pada suatu hari, sekolah mengadakan lomba drama. Siapa yang drama nya paling bagus, akan di ikut sertakan di lomba setingkat provinsi. Aku mendaftar di drama yang tema nya adalah “Snow White”. Pertemuan demi pertemuan telah aku lalui. Aku pun mendapat peran sebagai snow white nya. Dan yang membuat aku terkejut adalah, yang menjadi pangeran nya adalah kak Dilwyn. Aku seperti mimpi bisa beradu acting bersama cowo yang aku kagumi. Membuat aku semakin semangat latihan drama nya.
Saat sedang latihan drama, tiba-tiba saja aku menginjak gaunku dan hampir terjatuh. Tidak aku sangka, kak Dilwyn memegang tanganku menahan aku supaya aku tidak terjatuh. Kak Dilwyn :”hati-hati. Hampir  saja jatuh” aku sangat malu. Tangan nya sangat hangat dan halus. Semua pun kembali latihan. Aku tidak akan melupakan kejadian itu.
Hari yang di nantikan pun tiba. Semua kelompok drama sudah tampil. Hanya kelompokku yang belum tampil. Karena memang kelompok kami tampil yang terakhir.
Drama pun dimulai. Tiba-tiba saja aku demam panggung. Semua dialog aku lupa. Tetapi kak Dilwyn membuat aku ingat kembali. Kak Dilwyn itu bagaikan malaikat penolong.
Selesai penampilan kita, dewan juri yang tidak lain adalah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Semua juri sedang bermusyawarah siapa yang beruntung mendapatkan tiket kompetensi lomba drama setingkat provinsi.
Lama kami menunggu, akhir nya waktu yang kami tunggu pun tiba. Hasil keputusan dari dewan juri. Kepala sekolah :”dan. Pemenang dari audisi drama adalah……. Kelompok drama yang bertemakan….. Snow White……” aku terkejut mendengar nya. Kelompokku berpelukkan. Saat aku sedang berpelukkan dengan sahabatku, kak Dilwyn datang menghampiri. Kak Dilwyn :”selamat ya” Gita :”iya. Selamat juga untuk kakak” kak Dilwyn :”semua ini tidak akan berhasil jika tidak karena kamu. Kamu berbakat menjadi aktris” Gita :”terima kasih atas pujian nya”
*seminggu kemudian
Sekolah kami mendapatkan juara 2. Aku sangat sedih. Aku kira akan mendapat juara 1. Yang membuat kami kalah adalah, pangeran nya bukan kak Dilwyn. Pangeran nya adalah teman SD ku yang sangat menyebalkan. Karena kak Dilwyn berhalangan dikarenakan ada Try Out di sekolah.
Ketika aku duduk termenung, tiba-tiba saja kak Dilwyn duduk di sebelahku. Kak Dilwyn :”selamat ya sudah menang” Gita :”terima kasih kak. Tetapi tidak memuaskan. Aku kira akan mendapatkan juara 1. Maaf ya aku sudah membuat kakak kecewa” kak Dilwyn :”kecewa? Kenapa harus kecewa? Aku sangat bangga mempunyai adik kelas yang cantik dan berbakat seperti kamu” aku syok mendengar kak Dilwyn bilang aku cantik. Aku senyum-senyum sendiri.
Ketika di kelas, kak Dilwyn bersama teman sebangku nya yang bernama Reyhan sedang membicarakanku. Reyhan :”wyn. Lu kenal Gita gak? Adik kelas yang ikut lomba drama itu” Dilwyn :”iya kenal. Kenapa emang?” Reyhan :”kenalin gue dong ke dia” Dilwyn :”ngapain lu kenalan sama dia? Kenalan tinggal kenalan. Kenapa harus gue yang kenalin lu ke dia” Reyhan :”plis wyn” Dilwyn :”yaudah nanti gue kenalin” Reyhan :”sip. Thanks ya wyn”
Teeet
Bel istirahat pun berdering. Semua murid keluar kelas untuk beristirahat setelah mumet belajar. Saat aku ke kantin, aku bertemu dengan kak Dilwyn dan temannya. Dilwyn :”Git. Bisa ngobrol sebentar. Ada yang aku ingin kasih tau ke kamu” aku deg deg kan. Apa ya yang akan di katakan kak Dilwyn? Apa kak Dilwyn akan…. Ah gak mungkin. Gak boleh GR dulu. Aku pun mengikuti kak Dilwyn. Gita :”mmm ada apa ya kak?” Dilwyn :”ini. Teman aku mau kenalan” Reyhan :”Reyhan” Gita :”Gita” Reyhan :”Gita. Sejak kamu tampil di drama sekolah, aku mulai memiliki rasa ke kamu. Aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?” deg. Jantungku berhenti berdetak. Aku kira kak Dilwyn yang akan menyatakan perasaan nya ke aku. Gak tahu nya malah kak Reyhan. Reyhan :”kalau kamu diam aku akan mengganggap itu iya” Dilwyn :”gue tinggal dulu ya” Reyhan :”iya. Thanks ya wyn” Dilwyn :”iya sama-sama” aku diam tanpa kata.
Aku dan kak Reyhan pun makan bareng. Aku terpaksa melakukan ini. Karena yang aku tahu adalah, kak Reyhan itu adalah sahabat nya kak Dilwyn sejak mereka TK. Jadi aku takut jika aku menyakiti kak Reyhan, kak Dilwyn akan marah kepadaku. Ini lah cara untuk aku tetap dekat dengan kak Dilwyn.
*Sebulan kemudian
Sekolah kami mengadakan persami. Sekolah kami memang sangat kental dengan jiwa pramuka. Jadi setahun sekali sekolah mengadakan persami. Persami nya bukan di sekolah kaya di SD dulu. Melainkan di sebuah hutan. Hutan nya lumayan seram. Cukup membuat aku takut.
Malam hari nya. Kami semua berkumpul dan membentuk sebuah lingkaran dan di tengah-tengah nya ada api ungggun untuk menghangatkan tubuh kami. Aku duduk di sebelah kak Reyhan dan kak Dilwyn. Posisiku saat itu berada di tengah-tengah. Kak Reyhan sangat perhatian kepadaku. Dia menyuapiku. Pokok nya romantis banget deh. Tiba saat nya bercerita tentang hantu. Aku sudah menyiapkan bantal untuk menutupi wajahku. Di tengah-tengah cerita, ada sesuatu yang berjalan di kakiku. Aku pun berteriak “aaaaaaaaa” dan tidak sengaja aku memeluk kak Dilwyn. Setelah aku sadar bahwa kak Dilwyn lah yang aku peluk, aku langsung melepaskan pelukkan ku dari kak Dilwyn. Takut kak Reyhan marah.
Sudah larut malam, aku belum bisa tidur. Karena aku sangat takut. Aku pun keluar dari tenda. Aku melihat api unggun menyala. Ternyata itu kak Dilwyn yang masih menghangatkan tubuh nya. Gita :”belum tidur kak?” Dilwyn :”eh kamu. Belum. Aku gak bisa tidur. Udara nya sangat dingin” Gita :”iya nih. Aku saja sampai menggigil” kak Dilwyn pun melilitkan syail ke leherku. Gita :”loh kok jadi aku yang pakai? Nanti kakak kedinginan loh” Dilwyn :”aku masih punya 1. Kamu pakai saja. Git” Gita :”iya” Dilwyn :”mmmm. Sudah malam banget. Kita tidur yuk. Supaya tidak telat sholat subuh nya” Gita :”iya kak. Aku juga sudah mulai mengantuk” aku pun kembali ke dalam tenda. Kak Dilwynn pun juga kembali ke tenda nya.
*2 bulan kemudian
Hari ini adalah hari terakhir aku melihat kak Dilwyn. Karena aku ingin pindah sekolah ke Amerika. Ayah ku di tugaskan di sana. Sebelum aku berangkat, aku ingin menyatakan perasaanku ke kak Dilwyn. Aku sudah putus dengan kak Reyhan. Sudah sebulan aku putus.
Dilwyn :”Git. Boleh aku minta tanda tangan kamu di bajuku?” Gita :”kak. Ada sesuatu yang ingin aku katakan. Aku sudah lama menyukai kakak. Aku mengikuti semua lomba dan memenangkan nya ,itu untuk kakak. Saat aku kalah lomba drama, aku sangat sedih. Karena aku takut jika kakak kecewa denganku” aku meneteskan air mataku. Aku sangat lega telah mengatakan yang sebenarnya. Mataku tertuju ke baju kak Dilwyn. Baju kak Dilwyn ada tulisan “Nada Cinta Dilwyn” Gita :”kak Nada dan kak Dilwyn?” kak Dilwyn menganggukkan kepala. Gita :”kapan?” Dilwyn :”baru seminggu yang lalu” Gita :”aku sudah tau bahwa akan seperti ini. Aku memang tidak pantas dengan kakak. Aku hanya ingin berpamitan ke kakak. Bahwa aku akan pindah ke Amerika. Terima kasih ya kak atas semua nya” aku menangis dan meninggalkan kak Dilwyn. Kak Dilwyn mencegah aku. Dilwyn :”kamu tidak apa-apa?” Gita :”aku tidak apa-apa” aku melepaskan pegangan tangan kak Dilwyn dan meninggalkan nya.
Semua harapanku pupus sudah. Hatiku hancur. Lama aku menunggu, tetapi hasil nya malah sakit begini. Aku menangis tanpa henti di kamar. Mataku bengkak. Ibu bertanya kenapa aku sedih? Aku jawab bahwa aku sedih akan meninggalkan Indonesia. Tempat kelahiranku. Aku tidak ingin ibu mengetahui jika aku menangis karena seorang cowo.
*besok nya
Ketika aku membuka pintu depan rumah, aku menemukan sebuah diary. Aku sangat bingung. Kenapa ada buku diary ini. Aku pun membuka diary itu yang berisi
“hari pertama aku bertemu dengan mu saat kamu sedang olahraga. Aku sangat tertarik dengan mu. Galih bilang bahwa kamu suka denganku. Aku ingin katakan semua nya bahwa aku juga suka dengan mu. Tetapi aku tidak sanggup. Aku takut Galih hanya berbohong. Hari demi hari aku jalani dengan memperhatikan kamu selama istirahat. Aku sangat suka dengan senyum kamu. Manis sekali seperti gula. Saat latihan drama kamu terjatuh dan untuk pertama kali nya aku memegang tanganmu. Aku sangat senang. Tetapi aku tutupi supaya tidak ada yang tahu bahwa aku ada rasa sama kamu. Ingat saat Reyhan menyatakan cinta kepadamu? Aku sangat kaget saat dia nembak kamu. Karena baru tadi pagi dia ingin kenalan dengan mu. Ternyata dia suka dengan mu. Setiap kamu berdua dengan Reyhan, aku sangat cemburu. Tetapi Reyhan adalah sahabatku. Kebahagiaan Reyhan adalah kebahagiaanku juga. Walaupun sakit rasa nya. Saat persami. Reyhan menyuapi kamu. Aku juga ingin menyuapi kamu. Tetapi yang membuat aku senang adalah , saat kamu berteriak dan memelukku. Kamu ingat,saat malam-malam kita masih terjaga? Saat itu aku ingin menyatakan perasaanku. Tetapi aku tidak berani. Jadinya aku suruh kita balik ke tenda masing-masing” aku syok melihat isi diary itu. Rasa nya ingin aku ke rumah kak Dilwyn. Tetapi sebentar lagi aku take off. Di dalam diary itu selain tulisan ternyata berisi semua fotoku.
Sampai sekarang aku tidak bertemu dengan kak Dilwyn.
Saat aku ingin pergi ke kantin, aku bertabrakan dengan seorang cowo. Gita :”maaf aku gak sengaja” “iya gak apa-apa” aku terkejut melihat sosok cowo yang sangat mirip dengan kak Dilwyn. “kenapa jadi diam?” Gita :”apa kita pernah ketemu sebelumnya?” “ada apa?” Gita :”aku pernah melihat kamu. Tetapi dimana ya?” “kita memang pernah ketemu” Gita :”didimana?” “saat kita SMP” aku terkejut mendengar cowo itu berkata “kita memang pernah ketemu. Saat kita SMP” Gita :”kkamu kak Dilwyn?” “iya” aku sangat terkejut sekaligus senang.
Kami pergi ke kantin untuk ngobrol-ngobrol. Kak Dilwyn sekarang makin ganteng. Keren banget. Gita :”apa kabar kak? Sudah 7 tahun tidak ketemu” Dilwyn :”Alhamdulillah baik” Gita :”kakak ngapain di sini?” Dilwyn :”aku cuma ingin mengambil barang aku yang tertinggal. Aku kan kuliah di sini juga. Tapi sudah keluar” Gita :”oh gitu. Kak. Aku boleh bertanya gak?” Dilwyn :”boleh. Tanya apa?” Gita :”maaf aku lancang. Apa kakak sudah tunangan?” Dilwyn :”dalam keluarga aku, tidak ada acara tunangan. Apa lagi pacaran. Jadi langsung menikah atau kata lain ta’aruf” Gita :”tapi kak Nada…?” Dilwyn :”aku memang pernah pacaran dengan Nada. Tetapi hanya 2 minggu” Gita :”lalu… kakak sudah menikah?” Dilwyn :”aku menunggu seseorang. Yang dulu pernah menyukaiku dan menyatakan perasaan nya di ruang olahraga dan dia besok nya pindah ke Amerika” Gita :”mmmaksud kakak….” Dilwyn :”aku menunggu wanita yang aku sangat cintai kembali dari Amerika. Wanita itu sudah ada di hadapanku” Gita :”mmmaksud kakak…Aku?” Dilwyn :”iya. Aku sudah menunggu kamu Git. Akhirnya aku ketemu kamu juga. Git. Maukah kamu menikah denganku dan menjalin rumah tangga yang sakinah mawadah waramah?” Gita :”mau sekali. Tetapi aku ingin selesaikan kuliahku dulu baru menikah” Dilwyn :”aku akan tetap menunggu kamu. Sampai akhir hayatku” Gita :”lebay deh”
7 tahun aku tidak bertemu dengan kak Dilwyn. Sekarang aku telah menemukan nya dan kak Dilwyn meminangku di kantin. Memang tidak romantis. Tetapi bagiku itu sangat amazing banget. Aku tidak akan meninggalkan orang yang aku sayang lagi.


TAMAT

Kamis, 09 Januari 2014

Adikku Tersayang

Hi. Namaku Angel. Aku kelas 2 SMA. Aku mempunyai adik yang bernama Aldi. Dia baru berusia 8 tahun. Aku sayang sama Aldi. Terkadang aku juga envy jika Aldi yang di nomor satukan.
Aku baru saja pulang sekolah. Aku melihat Aldi sedang bermain tab. Angel :”wah. Tab baru. Dari siapa de?” Aldi :”dari mama kak” Angel :”mama!” mama :”ada apa sayang? Jangan teriak-teriak dong” Angel :”mama itu ya, pilih kasih banget!” mama :”pilih kasih kenapa sayang?” Angel :”aku minta beliin I-Phone aja gak diturutin. Sedangkan Aldi, minta tab langsung di beliin. Mama jahat!” mama :”bukan itu maksud mama. Angel!” aku langsung pergi ke kamar.
*malamnya
Aldi :”kakak” Angel :”apaan” Aldi :”ayo kita makan malam. Aldi udah lapar” Angel :”gue belum lapar. Lu aja yang makan” mama :”Angel! Kamu gak boleh ngomong kasar sama adik kamu! Dia masih kecil” Angel :”aku kan udah bilang. Aku belum lapar” mama :”yaudah klo mau kamu kaya gitu. Ayo sayang kita makan. Kak Angel nya udah kenyang”
*20 menit kemudian
Aldi :”kakak. Ini Aldi bawain makanan untuk kakak” Angel :”udah gue bilang. Gue gak lapar!”
*di kamar Aldi
Aldi :”mama. Kak Angel kenapa selalu marah sama Aldi? Aldi punya salah ya?” mama :”enggak kok. Kak Angel gak marah. Cuma kak Angel lagi cape aja”
*besoknya
Angel :”aku berangkat” mama :”kamu gak sarapan?” Angel :”udah kenyang ma”
*pulang sekolah
Ketika aku masuk ke mobil, hp aku bunyi. Angel :”huft. Mama. Ya halo ma. Aku lagi di jalan pulang nih” mama :”ngel. Aldi *sesegukan” Angel :”ada apa lagi sama tu bocah?” mama :”Aldi jatuh dari lantai sekolah & Aldi meninggal *sesegukan” Angel :”mama pasti bohong” mama :”mama serius ngel” Angel :”gak mungkin. Gak mungkin!” aku mematikan hp & langsung pulang.
Sesampai di depan rumah, ada bendera kuning. Aku langsung masuk. Melihat mama yang sesegukan habis nangis. Angel :”gak mungkin. Gak mungkin! Ini pasti sandiwara!” aku membuka kain & melihat. Ternyata itu benar-benar Aldi. Angel :”Aldi… Jangan tinggalin kakak. Kakak sayang sama kamu. Kakak minta maaf karena kakak selalu marahin kamu. Aldi bangun…*menangis”
*malamnya
Aku ke kamar Aldi & aku melihat ada sepucuk kertas yang berisi :
“kakak. Aku sayang banget sama kakak. Aku gak mau kakak marah-marah lagi. Aku gak tau apa yang membuat kakak marah sama aku. Aku rela kok tab nya di jual untuk kakak beli I-Phone. Aku gak punya juga gpp. Sebenarnya tab itu untuk kakak. Aku cuma pinjam untuk memainkannya. Aku minta maaf jika aku punya salah. Peluk cium , Aldi” dengan tulisan yang begitu jelek, aku meneteskan air mata. Begitu kejamnya aku telah memarahi adikku yang begitu sayang & perhatian kepadaku. Sekarang aku sadar. Bahwa tingkah laku aku ini seperti ini anak kecil

                                                               TAMAT