Namaku Yogi.
Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku mempunyai sahabat yang bernama Habib, Yusuf dan
Ilham. Kami sejak TK sudah berteman. Kemana-mana Kami selalu bersama. Jika ada
yang sedih, semua nya pun sedih. One for all and all for one.
Di kelas
“Besok Kita
nonton yuk? Ada film Transformer yang baru,” ucap Yogi. “Ayo. Besok Aku kosong.
Tidak ada acara,” jawab Ilham. “Aku juga tidak ada acara,” sambung Habib.
“Bagaimana dengan Kamu suf? Kamu bisa tidak?” tanya Yogi ke Yusuf. “Aku si bisa
saja. Nanti Aku izin dulu ke Mamaku,” jawab Yusuf. “Yasudah. Besok kumpul di
warung Bu Inah ya,” ucap Yogi. Habib, Yusuf dan Ilham menganggukkan kepala nya.
Kami pun pergi
ke kantin. “Yogi!” sapa seseorang yang berada di belakang nya. “Ya? Ada apa?”
tanya Yogi. “Besok Kita nonton yuk. Aku yang traktir deh,” ucap teman nya yang
bernama Rifki. “Aku memang ingin nonton besok dengan Habib, Yusuf dan Ilham,”
jawab Yogi. “Wah kebetulan sekali. Yaudah, besok Kita bareng ya?” ucap Rifki.
“Yaudah. Kita kumpul di warung Bu Inah jam 11,” jawab Yogi. “Oke sip.” Jawab
Rifki.
Di kantin
“Yogi. Kamu
yakin ingin mengajak Rifki?” tanya Yusuf. “Iya. Memang nya kenapa?” tanya Yogi
balik. “Ya tidak apa-apa si. Bukan nya Aku nuduh ya. Tapi Aku takut dia akan
membuat semua nya menjadi kacau balau,” jawab Yusuf. “Dia sudah tobat kok. Kamu
tenag saja. Tidak akan terjadi apa-apa kok,” jawab Yogi sambil makan mie yang
sudah ia pesan.
Di rumah
“Assalamu’alaikum!”
salam Yogi saat memasuki rumah nya. “Wa’alaikumsalam. Eh Kamu sudah pulang.
Bagaimana tadi di sekolah?” tanya Mama. “Biasa saja Ma. Tidak ada yang spesial.
O iya Ma. Besok Aku, Habib, Yusuf, Ilham dan Rifki ingin pergi nonton. Boleh ya
Ma?” ucap Yogi. “Boleh. Tapi pulang nya jangan terlalu malam ya,” jawab Mama.
“Oke.” Jawab Yogi.
15 menit kemudian
“Yogi… Makan
siang dulu!” teriak Mama dari luar. “Iya Ma..,” jawab Yogi setengah berteriak.
“Kamu itu ya kebiasaan sekali. Pulang sekolah bukan nya makan siang dulu, malah
main laptop. Ingat, Kamu itu sudah kelas 3 dan ingin SMA. Jadi Kamu harus
rajin-rajin belajar,” ucap Mama menasihati. “Iya Mama. Tadi Aku mau cari tugas
Ma. Ada tugas dari guru B.Inggris. Kita di suruh mencari Report Text di
google,” jawab Yogi. “Ya tapi sebelum belajar harus makan dulu. Supaya otak
Kita mudah mencerna semua pelajaran,” jawab Mama. “Iya Mama.” Jawab Yogi sambil
mengunyah makanan nya.
Tiba-tiba
saja hp Mama bergetar. “Halo. Assalamu’alaikum. Iya dengan Herawati di sini.
Ada apa ya pak? Apa?! Suami saya kecelakaan??!! Baik. Saya akan segera ke
sana!” jawab Mama. “Ada apa dengan Papa Ma?!” tanya Yogi panik. “Papa
kecelakaan. Sekarang sudah di bawa ke rumah sakit. Ayo habiskan makananmu dan
Kita segera ke sana!” ucap Mama. “Iya.” Jawab Yogi.
Mama sangat
panik sampai-sampai menyetir mobil nya sangat kencang.
Sesampai nya
di rumah sakit, Mama langsung berlari ke arah UGD. Sesampai nya di depan ruang
UGD, dokter telah selesai mengecek keadaan Papa. “Bagaimana keadaan suami Saya
dok?!” tanya Mama sangat panik. “Keadaan suami Ibu sangat gawat. Pasien banyak
sekali mengeluarkan darah dan saat ini pasien kekurangan darah,” jawab dokter.
“Ambil saja darah saya dok. Saya anak nya,” ucap Yogi. “Baik. Silahkan ikuti
suster ini untuk ambil darah.” ucap dokter.
Keesokan hari nya
Yogi
menemani Papa nya di rumah sakit. Sedangkan Mama nya pulang untuk membawakan
beberapa pakaian untuk Yogi. Yogi lupa bahwa hari ini ada janji untuk nonton.
“Yogi mana
si? Jarang sekali dia terlambat seperti ini,” ucap Ilham. “Telepon dia suf,”
ucap Rifki. Yusuf pun menelepon Yogi. “Halo. Yogi. Kamu dimana? Aku, Habib,
Ilham dan Rifki sudah di depan warung Bu Inah. Apa? Kamu sedang di rumah sakit?
Papa Kamu kecelakaan? Yausudah tidak apa-apa. Salam untuk Papa Kamu dan semoga
cepat sembuh,” Yusuf pun mematikan telepon nya. “Yogi tidak jadi nonton karena
Papa nya sedang sakit,” ucap Yusuf memberitahu. “Halah itu mah hanya
akal-akalan dia saja. Dia sudah tidak ingin bergaul dengan Kalian,” ucap Rifki
menghasut. “Tidak mungkin Yogi seperti itu. Kamu jangan sok tahu!” jawab Yusuf
kesal. “Memang benar kan? Siapa tahu saja dia sedang pergi bersama teman baru
nya itu,” lanjut Rifki. “Tega sekali Kamu Yogi!!!” teriak Ilham. “Yasudah, Kita
tetap lanjutkan nonton nya saja tanpa dia,” ucap Rifki. “Yasudah. Dia bisa
jalan sama teman baru nya, kenapa Kita enggak? Ayo jalan!” ucap Ilham. “Aku
tidak ikut ya. Tadi Mama Aku sms. Aku harus pergi ke rumah kakekku,” ucap
Yusuf.
Keesokan hari nya
“Ham.
Bagaimana dengan film nya kemarin? Pasti seru sekali ya? Sayang sekali Aku
tidak bisa ikut. Karena Papaku sedang sakit,” ucap Yogi. “Masalah gitu buat
Aku?!” jawab Ilham cuek. “Loh kok Kamu jadi cuek gini? Kamu marah karena Aku
tidak ikut? Aku kan sudah bilang. Bahwa Papaku sedang sakit,” jawab Yogi.
“Pintar sekali ya Kamu cari alasan nya. Kalau sudah gak nyaman dengan Kami,
bilang dong!” lanjut Ilham. “Bicara apa si Kamu?” tanya Yogi heran. “Sudah lah.
Malas Aku berbicara dengan orang munafik kaya Kamu!” jawab Ilham. Ilham, Habib
dan Rifki pun meninggalkan Yogi. “Yusuf. Ada apa si dengan Ilham? Kenapa
tiba-tiba dia jadi marah gitu?” tanya Yogi. “Ini semua gara-gara hasutan Rifki.
Dia bilang bahwa Kamu telah berbohong. Kamu tidak jadi ikut karena Kamu sedang
jalan dengan teman baru Kamu,” jawab Yusuf. “Astagfirullah. Apa salahku
sampai-sampai Rifki memfitnahku?” ucap Yogi sedih. “Sudah jangan di pikirkan.
Nanti Mereka juga akan baik sendiri,” lanjut Yusuf. Yogi membalas hanya
menganggukkan kepala nya saja.
Seminggu kemudian
“Yogi!”
panggil seseorang dari arah belakang. “Aku minta maaf ya apa yang telah Aku
katakan minggu lalu. Aku tidak bermaksud untuk membenci Kamu. Aku sadar, kenapa
Aku lebih percaya dengan omongan Rifki di bandingkan omonganmu. Sekali lagi Aku
minta maaf ya,” ucap Ilham meminta maaf. “Iya tidak apa-apa. Ini bukan salah
Kamu kok. Rifki nya saja yang cemburu melihat persahabatan Kita ini,” ucap
Yogi. Mereka pun kembali akur seperti dahulu.
Istirahat
“Yogi!!! Aku
minta maaf ya telah menuduh Kamu yang tidak-tidak dan sampai persahabatan
Kalian hancur,” ucap Rifki. “Ini udah kesekian kali nya Kamu meminta maaf
kepada Yogi. Tetapi Kamu selalu mengulangi kesalahan yang sama!” ucap Habib.
“Karena Kamu, hubungan persahabatan Kami menjadi kacau!” lanjut Ilham.
“Sudah-sudah. Kita tidak boleh menolak permintaan maaf seseorang yang mempunyai
niat yang baik. Rifki. Kali ini Aku maafkan semua kesalahanmu yang telah Kamu
perbuat. Tapi mohon jangan ulangi lagi,” ucap Yogi. “Iya. Aku hanya iri dengan
persahabatan Kalian yang begitu akur. Aku ingin persahabatan Kalian hancur.
Tetapi susah sekali. Aku benar-benar minta maaf ya,” ucap Rifki. “Iya tidak
apa-apa. Aku sudah memaafkan Kamu,” jawab Yogi. “Terima kasih ya. Aku sangat
malu dengan sikapku ini,” lanjut Rifki. “Kenapa harus malu? Aku salut dengan pengakuan
dari Kamu. Kamu telah berani meminta maaf dan mengaku kepada Aku. Tidak ada
Manusia yang sempurna di hidup ini dan penyesalan akan datang terakhir,” jawab
Yogi. “Terima kasih ya Yogi,” ucap Rifki. “Sama-sama. Yasudah, Kita ke kantin
bareng yuk!” ajak Yogi. “Ayo!” jawab Rifki.