Minggu, 21 September 2014

SAHABAT SEJATI

Namaku Yogi. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku mempunyai sahabat yang bernama Habib, Yusuf dan Ilham. Kami sejak TK sudah berteman. Kemana-mana Kami selalu bersama. Jika ada yang sedih, semua nya pun sedih. One for all and all for one.
Di kelas
“Besok Kita nonton yuk? Ada film Transformer yang baru,” ucap Yogi. “Ayo. Besok Aku kosong. Tidak ada acara,” jawab Ilham. “Aku juga tidak ada acara,” sambung Habib. “Bagaimana dengan Kamu suf? Kamu bisa tidak?” tanya Yogi ke Yusuf. “Aku si bisa saja. Nanti Aku izin dulu ke Mamaku,” jawab Yusuf. “Yasudah. Besok kumpul di warung Bu Inah ya,” ucap Yogi. Habib, Yusuf dan Ilham menganggukkan kepala nya.
Kami pun pergi ke kantin. “Yogi!” sapa seseorang yang berada di belakang nya. “Ya? Ada apa?” tanya Yogi. “Besok Kita nonton yuk. Aku yang traktir deh,” ucap teman nya yang bernama Rifki. “Aku memang ingin nonton besok dengan Habib, Yusuf dan Ilham,” jawab Yogi. “Wah kebetulan sekali. Yaudah, besok Kita bareng ya?” ucap Rifki. “Yaudah. Kita kumpul di warung Bu Inah jam 11,” jawab Yogi. “Oke sip.” Jawab Rifki.
Di kantin
“Yogi. Kamu yakin ingin mengajak Rifki?” tanya Yusuf. “Iya. Memang nya kenapa?” tanya Yogi balik. “Ya tidak apa-apa si. Bukan nya Aku nuduh ya. Tapi Aku takut dia akan membuat semua nya menjadi kacau balau,” jawab Yusuf. “Dia sudah tobat kok. Kamu tenag saja. Tidak akan terjadi apa-apa kok,” jawab Yogi sambil makan mie yang sudah ia pesan.
Di rumah
“Assalamu’alaikum!” salam Yogi saat memasuki rumah nya. “Wa’alaikumsalam. Eh Kamu sudah pulang. Bagaimana tadi di sekolah?” tanya Mama. “Biasa saja Ma. Tidak ada yang spesial. O iya Ma. Besok Aku, Habib, Yusuf, Ilham dan Rifki ingin pergi nonton. Boleh ya Ma?” ucap Yogi. “Boleh. Tapi pulang nya jangan terlalu malam ya,” jawab Mama. “Oke.” Jawab Yogi.
15 menit kemudian
“Yogi… Makan siang dulu!” teriak Mama dari luar. “Iya Ma..,” jawab Yogi setengah berteriak. “Kamu itu ya kebiasaan sekali. Pulang sekolah bukan nya makan siang dulu, malah main laptop. Ingat, Kamu itu sudah kelas 3 dan ingin SMA. Jadi Kamu harus rajin-rajin belajar,” ucap Mama menasihati. “Iya Mama. Tadi Aku mau cari tugas Ma. Ada tugas dari guru B.Inggris. Kita di suruh mencari Report Text di google,” jawab Yogi. “Ya tapi sebelum belajar harus makan dulu. Supaya otak Kita mudah mencerna semua pelajaran,” jawab Mama. “Iya Mama.” Jawab Yogi sambil mengunyah makanan nya.
Tiba-tiba saja hp Mama bergetar. “Halo. Assalamu’alaikum. Iya dengan Herawati di sini. Ada apa ya pak? Apa?! Suami saya kecelakaan??!! Baik. Saya akan segera ke sana!” jawab Mama. “Ada apa dengan Papa Ma?!” tanya Yogi panik. “Papa kecelakaan. Sekarang sudah di bawa ke rumah sakit. Ayo habiskan makananmu dan Kita segera ke sana!” ucap Mama. “Iya.” Jawab Yogi.
Mama sangat panik sampai-sampai menyetir mobil nya sangat kencang.
Sesampai nya di rumah sakit, Mama langsung berlari ke arah UGD. Sesampai nya di depan ruang UGD, dokter telah selesai mengecek keadaan Papa. “Bagaimana keadaan suami Saya dok?!” tanya Mama sangat panik. “Keadaan suami Ibu sangat gawat. Pasien banyak sekali mengeluarkan darah dan saat ini pasien kekurangan darah,” jawab dokter. “Ambil saja darah saya dok. Saya anak nya,” ucap Yogi. “Baik. Silahkan ikuti suster ini untuk ambil darah.” ucap dokter.
Keesokan hari nya
Yogi menemani Papa nya di rumah sakit. Sedangkan Mama nya pulang untuk membawakan beberapa pakaian untuk Yogi. Yogi lupa bahwa hari ini ada janji untuk nonton.
“Yogi mana si? Jarang sekali dia terlambat seperti ini,” ucap Ilham. “Telepon dia suf,” ucap Rifki. Yusuf pun menelepon Yogi. “Halo. Yogi. Kamu dimana? Aku, Habib, Ilham dan Rifki sudah di depan warung Bu Inah. Apa? Kamu sedang di rumah sakit? Papa Kamu kecelakaan? Yausudah tidak apa-apa. Salam untuk Papa Kamu dan semoga cepat sembuh,” Yusuf pun mematikan telepon nya. “Yogi tidak jadi nonton karena Papa nya sedang sakit,” ucap Yusuf memberitahu. “Halah itu mah hanya akal-akalan dia saja. Dia sudah tidak ingin bergaul dengan Kalian,” ucap Rifki menghasut. “Tidak mungkin Yogi seperti itu. Kamu jangan sok tahu!” jawab Yusuf kesal. “Memang benar kan? Siapa tahu saja dia sedang pergi bersama teman baru nya itu,” lanjut Rifki. “Tega sekali Kamu Yogi!!!” teriak Ilham. “Yasudah, Kita tetap lanjutkan nonton nya saja tanpa dia,” ucap Rifki. “Yasudah. Dia bisa jalan sama teman baru nya, kenapa Kita enggak? Ayo jalan!” ucap Ilham. “Aku tidak ikut ya. Tadi Mama Aku sms. Aku harus pergi ke rumah kakekku,” ucap Yusuf.
Keesokan hari nya
“Ham. Bagaimana dengan film nya kemarin? Pasti seru sekali ya? Sayang sekali Aku tidak bisa ikut. Karena Papaku sedang sakit,” ucap Yogi. “Masalah gitu buat Aku?!” jawab Ilham cuek. “Loh kok Kamu jadi cuek gini? Kamu marah karena Aku tidak ikut? Aku kan sudah bilang. Bahwa Papaku sedang sakit,” jawab Yogi. “Pintar sekali ya Kamu cari alasan nya. Kalau sudah gak nyaman dengan Kami, bilang dong!” lanjut Ilham. “Bicara apa si Kamu?” tanya Yogi heran. “Sudah lah. Malas Aku berbicara dengan orang munafik kaya Kamu!” jawab Ilham. Ilham, Habib dan Rifki pun meninggalkan Yogi. “Yusuf. Ada apa si dengan Ilham? Kenapa tiba-tiba dia jadi marah gitu?” tanya Yogi. “Ini semua gara-gara hasutan Rifki. Dia bilang bahwa Kamu telah berbohong. Kamu tidak jadi ikut karena Kamu sedang jalan dengan teman baru Kamu,” jawab Yusuf. “Astagfirullah. Apa salahku sampai-sampai Rifki memfitnahku?” ucap Yogi sedih. “Sudah jangan di pikirkan. Nanti Mereka juga akan baik sendiri,” lanjut Yusuf. Yogi membalas hanya menganggukkan kepala nya saja.
Seminggu kemudian
“Yogi!” panggil seseorang dari arah belakang. “Aku minta maaf ya apa yang telah Aku katakan minggu lalu. Aku tidak bermaksud untuk membenci Kamu. Aku sadar, kenapa Aku lebih percaya dengan omongan Rifki di bandingkan omonganmu. Sekali lagi Aku minta maaf ya,” ucap Ilham meminta maaf. “Iya tidak apa-apa. Ini bukan salah Kamu kok. Rifki nya saja yang cemburu melihat persahabatan Kita ini,” ucap Yogi. Mereka pun kembali akur seperti dahulu.
Istirahat
“Yogi!!! Aku minta maaf ya telah menuduh Kamu yang tidak-tidak dan sampai persahabatan Kalian hancur,” ucap Rifki. “Ini udah kesekian kali nya Kamu meminta maaf kepada Yogi. Tetapi Kamu selalu mengulangi kesalahan yang sama!” ucap Habib. “Karena Kamu, hubungan persahabatan Kami menjadi kacau!” lanjut Ilham. “Sudah-sudah. Kita tidak boleh menolak permintaan maaf seseorang yang mempunyai niat yang baik. Rifki. Kali ini Aku maafkan semua kesalahanmu yang telah Kamu perbuat. Tapi mohon jangan ulangi lagi,” ucap Yogi. “Iya. Aku hanya iri dengan persahabatan Kalian yang begitu akur. Aku ingin persahabatan Kalian hancur. Tetapi susah sekali. Aku benar-benar minta maaf ya,” ucap Rifki. “Iya tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan Kamu,” jawab Yogi. “Terima kasih ya. Aku sangat malu dengan sikapku ini,” lanjut Rifki. “Kenapa harus malu? Aku salut dengan pengakuan dari Kamu. Kamu telah berani meminta maaf dan mengaku kepada Aku. Tidak ada Manusia yang sempurna di hidup ini dan penyesalan akan datang terakhir,” jawab Yogi. “Terima kasih ya Yogi,” ucap Rifki. “Sama-sama. Yasudah, Kita ke kantin bareng yuk!” ajak Yogi. “Ayo!” jawab Rifki.

TAMAT

SAHABAT KECILKU

Namaku Adam. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku bersekolah di SMPN 4 Tangerang. Aku mempunyai banyak teman. Tetapi tidak ada satu pun yang menurutku bisa Aku percayai. Saat Aku SD, Aku mempunyai sahabat. Namanya Alfero. Kami bersahabat sejak Kami masih berumur 1 tahun. Sekarang Aku tidak tahu dimana keberadaan Alfero. Dia pindah ke Bangka Belitung tanpa Aku mengetahui. Aku pun bingung dengan sikap Alfero waktu itu. Biasa nya dia jika ada apa-apa selalu cerita. Sampai saat ini Alfero tidak memberi Aku kabar nya. Aku agak kecewa dengan Alfero. Tetapi Aku akan tetap menunggu sahabat masa kecilku itu.
7 tahun yang lalu
“Adam. Kita main bola yuk!” ajak Alfero. “Tidak ah. Aku sedang tidak ingin bermain bola,” tolak Adam. “Lalu, Kita mau main apa?” tanya Alfero. “Aku tidak tahu. Bagaimana Kita kerjakan pr untuk besok saja?” ucap Adam. “Boleh boleh. Ayo!” jawab Alfero. Adam dan Alfero pun berlari ke rumah nya masing-masing untuk mengambil buku pr.
Mereka pun mengerjakan pr bersama. “Haduh. Susah sekali ya pr nya?” ucap Adam manyun. “Iya,” jawab Alfero memanyunkan mulut nya juga. Tiba-tiba Bibi pun menghampiri Adam dan Alfero. “Kalian kenapa? Kok murung sekali?” tanya Bibi sambil duduk di sebelah Adam. “Ini Bi. Pr nya susah sekali,” jawab Adam polos. “Sini coba Bibi lihat,” Bibi pun mengambil buku Adam. Saat Bibi melihat soal nya, Bibi pun menganggukan kepala nya. “2x2 itu jawaban nya 4. 2x2 itu sama saja 2+2. 2 nya itu ada 2 kali,” ucap Bibi menjelaskan. “Oh gitu ya Bi. Berarti kalau 3x2 itu…,” Adam terhenti untuk menghitung. “Hayo berapa jawaban nya?” tanya Bibi. “3 nya ada 2 kali. Jadi nya berapa???” lanjut Bibi. “6!!!” jawab Adam. “Betul… Nah, sekarang Kalian kerjakan pr nya sendiri ya. Nanti Bibi cek. Sekarang Bibi mau menyapu dulu di lantai atas,” ucap Bibi. Adam dan Alfero pun melanjutkan mengerjakan pr sendiri.
Keesokan hari nya
“Ayo. Siapa yang ingin menjawab pertanyaan yang ada di papan tulis?” tanya Ibu guru. “Aku Bu!” jawab Adam mengacungkan jari. Ibu guru pun memberikan spidol ke Adam. “Yup. Benar sekali. Wah sekarang Adam sudah pintar ya,” ucap Ibu guru. Semua teman-teman kelas nya menepuk tangan. Terkecuali dengan Alfero. Alfero sangat murung sejak berangkat sekolah tadi.
Istirahat
“Fer. Nanti Kita kerjakan pr di rumahku lagi ya?” ucap Adam. “Iya,” jawab Alfero. “Bagaimana Aku memberi tahu kepada Adam ya? Bahwa Aku akan pindah? Pasti Adam sangat sedih,” ucap Alfero di dalam hati.
Pulang sekolah
“Fero. Aku pulang duluan ya. Dadah!” ucap Adam melambaikan tangan nya. Alfero hanya membalas dengan senyuman.
“Fero!” panggil Adam dari luar rumah Alfero. “Eh den Adam. Ada apa?” tanya Bibi. “Bi. Alfero nya ada gak?” tanya Adam. “Loh. Memang nya den Adam tidak diberi tahu jika den Alfero pindah?” jawab Bibi. “Pindah itu apa Bi?” tanya Adam polos. “Pindah itu sudah tidak tinggal di sini lagi. Papa den Alfero di pindahkan kerja nya ke Bangka Belitung,” jawab Bibi.
Sejak saat itu Adam tidak bertemu Alfero lagi. Pada hal tadi Ia masih bertemu di sekolah.
8 tahun kemudian
“Ting Tong!” bunyi bel. “Iya sebentar!” ucap Adam dari dalam. Ketika Adam membuka pintu, Ia melihat ada seorang cowo yang seumuran dengan nya. “Maaf. Cari siapa ya?” tanya Adam. “Masa Kamu lupa sama Aku si? Aku Alfero!” jawab cowo itu yang ternyata Alfero. “Alfero!” Adam pun memeluk Alfero. “Kamu kemana aja si? Pergi gak bilang-bilang. Terus gak kasih kabar lagi!” ucap Adam. “Maaf ya. Karena Aku tidak ingin Kamu sedih dengan kepergianku ini,” jawab Alfero. “Yasudah lah lupakan. Yang penting Kamu sudah kembali,” jawab Adam.
TAMAT

PAHLAWAN MUDA

Namaku Yohan. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Kehidupanku bisa dikatakan tercukupi. Papa bekerja sebagai manager hotel dan Mama hanya sebagai ibu rumah tangga.
Pada pagi hari yang sangat cerah, Yohan bersama kedua teman nya Faqih dan Ferry sedang lari pagi mengitari komplek. Saat sedang berlari pagi, Yohan melihat seorang nenek jatuh pingsan di pinggir jalan. “Qih. Ada nenek-nenek tuh yang pingsan. Yuk Kita tolong!” ucap Yohan. Faqih dan Ferry pun mengangguk dan segera menghampiri nenek tersebut. “Nek. Nenek bangun!” ucap Yohan sambil menepuk-nepuk pipi nenek itu. Tiba-tiba Nenek itu pun terbangun. “Dimana saya?” tanya Nenek itu ketika sudah sadar. “Nenek tergeletak di pinggir jalan. Apa yang terjadi Nek?” tanya Yohan. “Nenek tidak ingat apa-apa. Yang Nenek ingat, Nenek sedang mencari rumah anak Nenek,” jawab Nenek itu. “Memang nya rumah anak Nenek dimana?” tanya Ferry. “Nenek tidak tahu. Tetapi anak Nenek mengirimi surat yang isi nya alamat rumah nya,” ucap Nenek memberikan surat itu. “Oh kalau alamat ini saya tahu Nek. Dan tidak terlalu jauh dari sini,” ucap Faqih ketika melihat isi surat itu. “Benarkah? Bisakah Kamu antarkan Nenek ke sana?” ucap Nenek. “Bisa Nek. Ayo Kita antarkan Nenek,” ucap Faqih. Yohan, Ferry dan Faqih pun menolong Nenek itu bangun dan mengantarkan Nenek itu ke rumah anak nya.
Tidak begitu lama, Kami sudah sampai di depan rumah yang sangat besar. “Ini dia Nek rumah nya,” ucap Faqih. Yohan pun memencet bel rumah nya. Dan, ada seseorang yang membuka pintu. “Fariz!!!” teriak Nenek itu ketika melihat sosok pria yang tidak lain adalah anak nya. “Ibu!!!” jawab pria itu.
“Terima kasih ya nak. Kalian sudah mengantarkan Nenek ke rumah anak Nenek. Semoga kebaikan Kalian mendapat pahala yang besar,” ucap Nenek itu. “Amin!!!!” jawab Yohan, Ferry dan Faqih. Mereka pun segera pulang ke rumah nya masing-masing.
“Dari mana saja Kamu?” tanya Mama ketika Yohan baru saja pulang. “Kan habis lari pagi Ma,” jawab Yohan. “Masa lari pagi sampai jam segini?!” lanjut Mama. “Tadi tuh Yohan, Ferry dan Faqih melihat seorang Nenek yang pingsan di pinggir jalan. Nenek itu kelelahan karena sedang mencari rumah anak nya. Kami pun mengantarkan Nenek itu ke rumah anak nya,” jelas Yohan. “Memang nya Kamu tahu dimana rumah anak Nenek itu?” tanya Mama. “Tahu lah. Kan ada alamat nya. Anak nya itu Om Ferdy!” ucap Yohan. “Oh ya? Waw. Anak Mama sangat baik ya. Mengantarkan seorang Nenek ke rumah anak nya. Itu adalah sebuah kebaikan yang pahala nya sangat besar,” ucap Mama. “Amin!!!” jawab Yohan. “Yasudah. Sana Kamu mandi! Tubuh Kamu bau keringat. Habis nya segera sarapan. Mama sudah buatkan roti dan susu,” ucap Mama. “Siap bos!” jawab Yohan sambil hormat.

TAMAT

MURID BERPRESTASI

Namaku Ferry. Aku kelas 3 SMP. Aku terkenal sebagai murid yang sangat berprestasi di sekolah. Sejak SD sampai sekarang Aku selalu menduduki posisi ranking 1 di kelas.
“Fer. Nomor 12 bagaimana cara nya?” tanya Gita. “Oh ini. Pertama Kamu harus mencari sisi nya. S = akar dari r2+t2,” ucap Ferry menjelaskan. “Oh gitu. Oke deh. makasih ya Ferry. “Iya sama-sama,” jawab Ferry halus. Selain terkenal dengan kecerdasan nya, Ferry juga terkenal dengan kesopanan nya. Ia sangat sopan kepada semua orang. Tidak heran jika banyak wanita yang suka dengan nya. Tetapi Ferry hanya menganggap semua wanita yang mendekati nya itu hanya sebatas teman. Tidak lebih. Karena Ia tidak ingin berpacaran sebelum lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan yang Ia inginkan. Itu adalah peraturan yang Papa dan Mama nya buat.
“Ayo. Siapa yang bisa menjawab soal nomor 1?” tanya Bu Sri, guru Matematika. “Saya bu!” ucap Ferry. “Iya Ferry,” jawab Bu Sri. Ferry pun maju ke depan dan menulis jawaban nomor 1. Cara Ferry sangat mudah di mengerti. Setelah selesai menulis di papan tulis, Bu Sri pun menilai hasil kerja Ferry. “Yap. Bagus sekali Ferry,” ucap Bu Sri. Jawaban Ferry benar. Ferry memang sangat ahli dalam bidang menghitung. 2 bulan lagi pun Ferry ingin mengikuti olimpiade Matematika dan Ipa.
Istirahat
“Ferry. Kantin yuk!” ajak Faqih. “Ayo!” jawab Ferry.
Di kantin
“Fer. Bagaimana persiapan olimpiade nya?” tanya Faqih sambil memakan mie yang sudah Ia pesan. “Aku sudah belajar kok. Do’akan ya supaya Aku menang,” jawab Ferry. “Pasti lah. Tapi Aku yakin, Kamu pasti menan!” lanjut Faqih. “Tidak boleh sombong dulu Qih. Aku tidak merasa pintar kok. Aku itu biasa aja. Sama seperti Kamu,” jawab Ferry. “Beda lah. Kamu itu pintar sekali. Sejak SD sampai sekarang tidak ada yang bisa mengalahkan Kamu dan menggantikan posisi Kamu di ranking 1,” jawab Faqih. “Semua juga bisa kok. Kunci nya hanya 1. Yaitu rajin belajar,” ucap Ferry. Faqih hanya membalas dengan menganggukan kepala nya.
2 bulan kemudian
Hari ini adalah olimpiade nya. Ferry sangat santai karena Ia sudah banyak belajar. Jika Ia menang, Ia akan mendapatkan beasiswa masuk SMA 1. SMA yang banyak di idolakan para murid yang berprestasi.
Ferry pun memasuki ruangan kelas yang telah di sediakan panitia. Lomba pun berjalan selama 4 jam. Istirahat hanya 20 menit. Ferry sangat tenang mengerjakan 50 soal Matematika dan 50 soal Ipa.
4 jam kemudian
Lomba pun selesai. Semua guru sekolah Ferry menghampiri nya dan menanyakan bagaimana dengan soal- soal nya? Apakah susah atau mudah? Ferry hanya menjawab “Biasa saja”. Benar-benar murid yang sangat cerdas.
Keesokan hari nya
Ketika semua murid sedang fokus belajar di ruang kelas masing-masing, kepala sekolah mengumumkan bahwa Ferry menang juara 1 dalam olimpiade yang di selenggarakan kemarin. Semua nya pun bersorak dan memberi selamat kepada Ferry. Ferry hanya bisa membalas dengan senyuman.
TAMAT

KEPATUHAN SEORANG ANAK

Namaku Faqih. Sekarang Aku kelas 3 SMP. Aku terlahir di dalam keluarga yang sangat sederhana. Ayah bekerja sebagai supir taksi. Sedangkan Ibu hanya ibu rumah tangga.
Di kelas
“Qih. Nanti sepulang sekolah, Kamu ingin ikut tidak?” tanya Ferry sahabat nya. “Ikut kemana?” tanya Faqih balik. “Aku, Yohan dan Adam ingin belajar bersama di rumahku,” jawab Ferry. “Aku ingin sekali ikut. Tetapi Ibuku sedang kurang sehat. Jadi nya sehabis pulang sekolah, Aku langsung pulang,” ucap Faqih. “Yah sayang sekali. Yasudah tidak apa-apa,” jawab Ferry agak kecewa. “Maaf ya,” ucap Faqih meminta maaf. “Iya tidak apa-apa kok.” Jawab Ferry tersenyum.
Pulang sekolah
Faqih berlari keluar kelas. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nya. “Faqih!!!”panggil orang itu dari arah belakang. “Iya pak?” jawab Faqih datar. “Tolong berikan surat ini ke orang tua Kamu ya,” ucap Pak Sahrul. “Surat apa ini pak?” tanya Faqih bingung. “Kamu sudah 2 bulan belum membayar sekolah. Jadi usahakan bulan ini lunas ya,” jawab Pak Sahrul. Faqih diam mematung sambil memegang surat pemberitahuan itu.
“Bagaimana Aku mengasih tahu tentang ini ya? Jika Aku mengasih tahu tentang ini, pasti Ibu akan sangat khawatir. Bagaimana ini ya Allah!!!” ucap Faqih dalam hati.
Di rumah
“Faqih,” panggil Ibu lemas. “Iya bu? Ada apa?” tanya Faqih. “Tolong belikan kopi untuk Bapak mu. Uang nya ada di bawah taplak meja makan,” ucap Ibu. “Berapa bu?” tanya Faqih lagi. “2 saja,” jawab Ibu. Faqih pun segera ke warung untuk beli kopi untuk Bapak nya.
Ketika di jalan menuju warung, Faqih melihat selembaran yang berisikan sebuah lomba menggambar. Faqih memang sangat suka menggambar. “Wah!! Hadiah nya lumayan besar ya. Aku akan mengikuti lomba ini untuk membayar uang sekolah dan pengobatan Ibu!” ucap Faqih. Ia pun melanjutkan jalan ke warung.
Sebulan kemudian
Hari ini adalah hari perlombaan tersebut. Faqih di temani oleh ketiga teman nya yaitu Ferry, Yohan dan Adam. “Semoga berhasil ya Qih!” ujar Yohan menyemangati. “Insyallah. Do’akan Aku ya!” jawab Faqih.
Lomba pun berjalan selama 2 jam. Faqih sangat serius dalam menggambar sebuah candi Borobudur. Siapa gambar yang paling mirip, akan menang.
2 jam kemudian
Lomba pun selesai. Faqih pun keluar menemui ketiga teman nya. Mereka pun pergi membeli makanan dan minuman. Hati Faqih tidak enak. Ia sangat deg-deg kan dengan hasil lomba nya.
1 jam kemudian
Detik-detik pembacaan pemenang lomba menggambar akan segera dibacakan. “Juara ketiga jatuh kepada….. Ananda…..Rendy….” ucap pembawa acara. Para pendukung Rendy bersorakan. “Juara kedua jatuh kepada……Ananda…...Ilham….” ucap pembawa acara lagi. Faqih pun sangat murung. Ia berpikir bahwa Ia akan kalah. “Dan…. Juara satu jatuh kepada….Ananda….Faqih….” uacp pembawa acara itu dengan semangat. Faqih pun sangat kaget. Ia langsung berpelukan dengan ketiga teman nya tersebut.
Faqih pun membayar semua tunggakan yang telah lama Ia tidak bayar dan Faqih membayar semua biaya pengobatan ibu nya.
TAMAT